Uni Soviet dan Amerika Serikat tidak hanya bersaing dalam hal politik, tetapi juga bersaing dalam hal kemajuan teknologi. Pada Agustus 1957, Uni Soviet berhasil meluncurkan peluru kendali balistik antarbenua pertama, dan pada Oktober 1957 juga meluncurkan satelit bumi pertama, Sputnik. Peluncuran Sputnik menandai dimulainya perlombaan angkasa antara kedua negara.
Periode 1960-an dan 1970-an lebih dikenal dengan nama periode detente (Prancis : 'relaksasi') dalam sejarah Perang Dingin, yang berarti kedua negara adidaya berupaya meredakan ketegangan di antara mereka. Kondisi ini tidak terlepas dari empat hal berikut.
Pertama, berkurangnya gaung pertarungan ideologi di negara-negara dunia ketiga dan munculnya pola-pola baru dalam hubungan internasional. Pada masa ini, misalnya, negara-negara dunia ketiga mendirikan organisasi-organisasi alternatif, seperti Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Gerakan Nonblok. Melalui OPEC dan Gerakan Nonblok, negara-negara dunia ketiga ingin lebih fokus pada pembangunan ekonomi daripada pertarungan ideologi, setelah sekian abad berada di bawah kolonialisme Barat.
Kedua, Amerika Serikat menyadari bahwa pertarungan ideologi dengan Uni Soviet tidak boleh mengorbankan masalah ekonomi negara. Secara khusus, Amerika dicengangkan oleh pemulihan dan pertumbuhan ekonomi yang pesat dari negara-negara Eropa Barat dan Jepang sepanjang 1950-an dan 1960-an, setelah sama-sama mengalami kehancuran dalam Perang Dunia II. Tingkat PDB perkapita negara-negara ini hampir mendekati Amerika Serikat.
Ketiga, Uni Soviet sendiri dipaksa mengalihkan perhatiannya pada isu-isu dalam negeri, seperti masalah ekonomi. Selama periode ini, perekonomian Blok Timur mengalami stagnasi.
Keempat, negara-negara adidaya semakin sadar bahwa setelah memproklamasikan kemerdekaan, pengaruh negara-negara dunia ketiga semakin kuat seiring dengan semakin luasnya ruang untuk mengekspresikan diri dan jati diri. Hal ini juga berarti mereka tidak mudah diperalat dan bahkan resisten terhadap berbagai tekanan dari kedua negara adidaya.
Peredaan ketegangan dalam periode detente itu ditandai setidaknya oleh dua peristiwa penting berikut ini. Pertama, pada Februari 1972, Presiden Amerika Serikat Richard Nixon mengumumkan pemulihan hubungan dengan Tiongkok. Ia melakukan kunjungan ke Beijing dan bertemu dengan Mao Zedong dan Zhou Enlai. Kedua, setelah kunjungan tersebut, Nixon bertemu dengan para pemimpin Uni Soviet, termasuk pemimpin Uni Soviet Leonid Brezhnev di Moskow, dalam rangka Perundingan Pembatasan Senjata Strategis (SALT) antara kedua belah pihak. Nixon dan Brezhnev mengumumkan era baru "hidup berdampingan secara damai" dan membangun pendekatan hubungan baru. Antara 1972 dan 1974, kedua belah pihak juga sepakat memperkuat hubungan ekonomi.
Gambar 1. Pertemuan Mao Zedong dengan Richard Nixon (kanan) pada 1972 di Tiongkok dan pertemuan Nixon dengan Brezhnev (kiri) pada 1973.
Daftar Pustaka :
Hapsari, Ratna dan M. Adil. 2015. Sejarah untuk SMA/MA Kelas XII Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Erlangga.
Comments
Post a Comment