Skip to main content

Bentuk dan Potensi Kearifan Lokal di Indonesia

Bentuk Kearifan Lokal di Indonesia

Indonesia kaya akan budaya dan kearifan lokal dalam masyarakat. Suku-suku di Indonesia yang jumlahnya ribuan memiliki kearifan lokal yang menjadi ciri khas masing-masing. Tentunya kita patut bersyukur dan bangga terhadap kondisi ini. Keragaman budaya Indonesia terjadi disebabkan kondisi geografis antarwilayah yang berbeda sehingga penyesuaian kearifan lokal terhadap lingkungan juga berbeda.
Nyoman Sirtha menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Kearifan lokal berasal dari warisan nenek moyang yang menyatu dalam kehidupan manusia yang diturunkan dari generasi ke generasi. Adapun menurut Teezi, Marchettini, dan Rarosini (Mariane, 2014) hasil akhir dari sedimentasi kearifan lokal adalah berbentuk tradisi atau agama. Dia mengatakan bahwa kemunculan kearifan lokal dalam masyarakat merupakan hasil dari proses trial and error dari berbagai macam pengetahuan empiris/nonempiris ataupun estetik/intuitif. Kearifan lokal ini menggambarkan fenomena yang akan menjadi ciri khas komunitas kelompoknya, misalnya alon-alon asal kelakon dalam masyarakat Jawa Tengah.
Terdapat pendapat lain yang mengklasifikasikan bentuk kearifan lokal ke dalam dua aspek. Bentuk kearifan lokal yaitu berwujud nyata (tangiable) dan yang tidak berwujud (intangible) (Azan, 2013). Berikut ulasannya.
a. Berwujud Nyata (Tangible)
Bentuk kearifan lokal yang berwujud nyata meliputi beberapa aspek berikut.
1) Tekstual
Beberapa jenis kearifan lokal contohnya sistem nilai, tata cara, dan aturan yang dituangkan dalam bentuk catatan tertulis. Contoh yang dapat ditemui, yaitu dalam kitab tradisional Jawa (primbon), kalender, dan naskah-naskah pada lembaran daun lontar.
2) Benda Cagar Budaya/Tradisional (Karya Seni)
Benda-benda tradisional hasil karya masyarakat juga banyak menyimpan kearifan lokal, seperti patung, senjata, alat musik, dan tekstil. Contohnya adalah keris dari Jawa. Jika dilihat dari aspek seni, keris memiliki fungsi sebagai seni simbol dan keris dapat pula menjadi perlambang dari pesang sang empu pembuat keris.
3) Bangunan/Arsitektural
Konsep kearifan lokal juga terdapat dalam seni arsitektur rumah adat suku-suku di Indonesia. Banyak bangunan-bangunan tradisional di Indonesia yang merupakan cerminan bentuk kearifan lokal. Hal ini dapat terlihat dari bentuk, ornamen, tata letak, interior, dan sebagainya. Sebagai contoh, pendopo Jawa, rumah gadang Minangkabau, dan rumah tongkonan Toraja.
b. Tidak Berwujud (Intangible)
Selain bentuk kearifan lokal yang berwujud, terdapat bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud. Contohnya adalah petuah yang disampaikan secara verbal dan seni suara berupa nyanyian, pantun, cerita yang sarat nilai-nilai ajaran tradisional. Melalui petuah atau bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud lainnya, nilai sosial disampaikan secara oral/verbal dari generasi ke generasi.

Potensi Kearifan Lokal di Indonesia

Pada prinsipnya kearifan lokal mempunyai peran yang sangat strategis dalam membangun peradaban suatu masyarakat. Nilai-nilai dalam kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat akan menjadi identitas bagi masyarakat itu sebagai komunitas masyarakat yang bermartabat.
Pada masyarakat Indonesia, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam nyanyian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat yang telah berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari. Beberapa kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Kearifan lokal dalam karya-karya masyarakat
Kearifan lokal dalam karya masyarakat misalnya pada seni tekstil di Indonesia. Masyarakat Jawa memiliki batik yang menjadi ciri khas dan kebanggaan Indonesia. Tidak hanya motifnya yang indah, namun di balik motif tersebut tersimpan makna yang mendalam. Motif-motif tersebut berisi nasihat, harapan, dan doa kepada Tuhan. Sebagai contoh, motif batik parang memiliki makna petuah untuk tidak pernah menyerah. Hal ini terlihat dari motifnya yang berisi jalinan yang tidak terputus.
b. Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam
Kearifan lokal mengajarkan kita untuk tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan. Tentunya hal ini bukan tanpa maksud, melainkan agar keberlanjutan hidup dan diri kita sendiri terus terjaga. Seperti halnya pada masyarakat Dayak di Kalimantan. Konsep konservasi lingkungan telah dikenal lama oleh masyarakat Dayak yang disebut dengan istilah Tana' Ulen. Pada wilayah Tana' Ulen, penduduk dilarang menebang pohon, membakar hutan, membuat ladang, dan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang menimbulkan kerusakan hutan. Pengambilan hasil hutan Tana' Ulen hanya dimanfaatkan pada waktu-waktu tertentu dan diperuntukkan bagi kepentingan umum. Pengambilan hasil hutan untuk kepentingan pribadi sangat dibatasi.
c. Kearifan lokal dalam bidang pertanian
Indonesia dianugerahi tanah yang subur sehingga cocok untuk mengembangkan pertanian. Kegiatan pertanian dan bercocok tanam telah dikenal oleh nenek moyang kita. Nenek moyang kita telah mengembangkan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Contohnya adalah sistem pertanian Nyabuk Gunung di Jawa Tengah dan Mitracai di Jawa Barat. Sistem pertanian tersebut dilakukan di dataran tinggi tanpa mengubah kontur tanah. Jadi ketika lahan diubah menjadi areal pertanian, kontur tanah tetap dipertahankan sesuai dengan aslinya. Selain menghindari longsor, sistem ini menghindarkan hilangnya humus tanah akibat pemontongan kontur tanah.
d. Kearifan lokal dalam mitos masyarakat
Mitos terhadap pohon-pohon keramat banyak dijumpai di berbagai wilayah Indonesia. Sebagai contoh penduduk Jawa dan Bali yang menganggap pohon besar memiliki roh penunggu sehingga tidak boleh ditebang. Disadari atau tidak, mitos ini sangat membantu keseimbangan alam. Pohon besar secara ilmiah memang menyimpan cadangan air tanah dan penyedia oksigen. Contoh lain, pada masyarakat Kasepuhan Pancer Pengawinan, Kampung Dukuh, Jawa Barat terdapat mitos tabu sehingga pemanfaatan hutan dilakukan secara hati-hati, tidak diperbolehkan melakukan eksploitasi kecuali atas izin sesepuh adat.
Mitos terhadap hewan yang dianggap keramat juga turut menyumbang pelestarian hewan dari kepunahan. Hewan yang dianggap keramat contohnya seperti ular, kucing, burung gagak, burung hantu, buaya, burung enggang dan hewan lainnya. Dengan adanya mitos tersebut, kelangsungan hidup hewan tersebut lebih terjamin. Hal ini mengingat satwa merupakan bagian jaringan ekosistem yang memainkan perannya dalam keseimbangan ekosistem.
e. Kearifan lokal dalam cerita budaya, petuah, dan sastra
Kearifan lokal juga tertuan dalam seni sastra. Contohnya sastra Melayu terkenal dengan seni sastranya. Lewat seni sastra suku Melayu menggambarkan kearifan lokal yang wajib dijunjung tinggi. Seperti dalam petikan seni sastra berikut.
     Adat orang hidup beriman
     Tahu menjaga laut dan hutan
     Tahu menjaga kayu dan kayan
     Tahu menjaga binatang hutan
     Tebasnya tidak menghabiskan
     Tebangnya tidak memusnahkan
     Bakarnya tidak membinasakan
Dari berbagai bentuk kearifan lokal masyarakat Indonesia di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kearifan lokal di Indonesia mengandung nilai-nilai yang patut diteladani. Sikap yang dapat dicontoh adalah kecintaan dan kebanggaan terhadap tanah air, menjaga kelestarian lingkungan, mengutamakan kebersamaan, saling menghormati, saling mencintai, dan tolong menolong antarsesama warga negara.
Terkadang, nilai-nilai kearifan lokal tidak terekspos karena status marginal dari komunitas penganutnya, akan tetapi nilai-nilai kearifan lokal yang mereka anut membawa mereka dalam harkat dan martabat yang tinggi sebagai manusia. Hal ini dikarenakan sikap penghargaan mereka terhadap lingkungan sekitar yang memberikan kontribusi bagi keberlanjutan hidup.

Comments

Iklan Ad

Popular posts from this blog

Menghitung Persediaan dengan Metode LCNRV (Lower-Cost-Net-Realizable-Value)

NILAI TERENDAH DARI BIAYA PEROLEHAN ATAU NILAI REALISASI NETO (LCNRV) Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan. Namun, jika persediaan turun nilainya sampai ke tingkat di bawah biaya aslinya, maka prinsip biaya historis menjadi tidak relevan. Apapun alasan untuk penurunan nilai tersebut, baik itu usang, perubahan tingkat harga, atau rusak, perusahaan harus menurunkan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto untuk melaporkan kerugian ini. Perusahaan meninggalkan prinsip biaya historis ketika utilitas masa depan (kemampuan menghasilkan pendapatan) dari aset turun di bawah biaya aslinya. Nilai Realisasi Neto Ingat bahwa biaya adalah harga perolehan persediaan yang dihitung dengan menggunakan salah satu metode berbasis biaya historis. Nilai realisasi neto ( net realizable value /NRV) mengacu pada jumlah neto yang diharapkan oleh perusahaan untuk direalisasi dari penjualan persediaan. Secara khusus, nilai realisasi neto adalah estimasi harga penjualan dalam kegiatan bisnis bi...

Urbanisasi Sebagai Dampak Globalisasi Terhadap Perubahan Sosial di Komunitas Lokal

A.  LATAR BELAKANG Globalisasi didefinisikan sebagai suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia bisa menjangkau satu dengan yang lain atau saling terhubungkan dalam semua aspek kehidupan mereka, baik dalam budaya, ekonomi, politik, teknologi, maupun lingkungan.  Masyarakat dapat menjangkau satu dengan yang lain dalam segala aspek kehidupan didukung oleh kemajuan IPTEK dan keterbukaan sistem perekonomian negara yang mempercepat akselerasi globalisasi. Keterbukaan sistem perekonomian negara dipicu oleh adanya liberalisasi perdagangan dunia. Hal ini mengakibatkan masyarakat di berbagai dunia dapat menikmati hasil produksi dari negara lain, seperti makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya. Selain itu, keterbukaan sistem perekonomian ini juga meningkatkan aktivitas perekonomian dunia yang dikuasai oleh perusahaan multinasional. Sebagai akibatnya, masyarakat dunia merasakan dampak dari adanya globalisasi pada aspek ekonomi tersebut, baik dari segi produksi, pembiayaan, te...

Soal Latihan Piutang Dagang (Account Receivable) dan Kunci Jawaban

1. Pada akhir tahun 2017, Goblin Company memiliki piutang sebesar $700.000 dan cadangan kerugian piutang sebesar $54.000. Pada 24 Januari 2018, perusahaan mengetahui bahwa piutang dari Sun Company tidak dapat ditagih, dan pihak manajemen mengizinkan penghapusan sebesar $6.200. a. Buatlah jurnal penyesuaian untuk mencatat penghapusan piutang b. Berapa cash realizable value dari piutang (1) sebelum penghapusan dan (2) setelah penghapusan? 2. Buku besar perusahaan Tsubasa pada akhir tahun 2019 menunjukkan saldo piutang usaha $150.000, pendapatan penjualan $850.000, dan retur penjualan $30.000. Intruksi (a) Jika perusahaan Tsubasa menggunakan metode penghapusan piutang langsung untuk akun piutang tidak tertagih, buatlah jurnal penyesuaian pada 31 Desember 2019, dengan asumsi pihak manajer menentukan saldo piutang tidak tertagih sebesar $1.500. (b) Jika cadangan piutang tak tertagih memiliki saldo kredit sebesar $2.400 dalam neraca saldo, buatlah jurnal penyesuaian pada tanggal...