1. Definisi Hipotesis
Hipotesis secara harfiah diartikan sebagai dugaan sementara tentang kemungkinan jawaban yang akan diperoleh si peneliti. Dalam suatu penelitian, hipotesis adalah suatu pernyataan yang menghubungkan dua variabel. Jadi, pernyataan dalam suatu hipotesis harus menyatakan dengan jelas bagaimana hubungan atau keterkaitan antara variabel-variabel yang telah ditentukan. Hubungan ini bisa berupa hubungan sebab akibat, penekanan, ataupun pengganggu faktor utama.
Suatu hipotesis dibuat dengan dua alasan, yaitu sebagai berikut.
a) Hipotesis merupakan dasar untuk menunjukan bahwa peneliti mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan penelitian tersebut.
b) Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data. Hipotesis dapat menunjukkan prosedur yang harus diikuti dan jenis data yang harus dikumpulkan oleh peneliti. Dengan demikian, dapat mencegah terbuangnya waktu dan jerih payah peneliti tidak sia-sia.
2. Ciri-ciri Hipotesis yang Baik
a) Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
Suatu hipotesis merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya diterangkan. Misalnya, jika anda melihat suatu tindakan kekerasan di jalan, hipotesis yang menyatakan bahwa “kekerasan terjadi disebabkan oleh banyaknya kendaraan yang lewat” tentu bukan merupakan suatu penjelasan yang tepat. Penjelasan yang mungkin cukup memadai dan dapat kita uji adalah bahwa kekerasan terjadi karena lemahnya penegakan hukum.
b) Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel
Pada contoh di atas, kita tidak perlu menghubungkan variabel tindak kekerasan dengan variabel banyaknya mobil yang lewat di jalan raya karena tidak akan menghasilkan hubungan yang dapat diuji sehingga sulit untuk mendapatkan hipotesis. Keterhubungan antarvariabel dapat kita lihat pada variabel tindak kekerasan dengan variabel lemahnya penegakan hukum.
c) Hipotesis harus dapat diuji
Suatu hipotesis harus dapat diuji untuk melihat apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak sehingga si peneliti dapat menetapkan berdasarkan pengamatan terjadi atau tidaknya akibat yang tersirat secara deduktif. Hipotesis yang dapat diuji harus dihubungkan oleh variabel-variabel sehingga diperlukan pengukuran terhadap variabel atau data kuantitatif.
d) Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada
Suatu penelitian harus sejalan dengan pengetahuan dan konsep pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jadi, tidak dibenarkan untuk merumuskan suatu hipotesis yang akan bertentangan dengan pengetahuan yang telah ada. Misalnya, hipotesis yang menyatakan tindak kekerasan disebabkan oleh banyaknya mobil yang lewat tentu bertentangan dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya bahwa tindak kekerasan tidak berhubungan dengan banyaknya kendaraan yang melewati tempat itu.
e) Hipotesis dinyatakan secara sederhana dan seringkas mungkin
Untuk memudahkan dan memperjelas arah pengujian, hendaknya hipotesis dinyatakan dengan kalimat singkat, sederhana, dan dapat dimengerti. Biasanya hipotesis dinyatakan tidak lebih dari dua kalimat.
3. Cara Menyatakan Hipotesis
Hipotesis yang menyatakan dengan jelas dan sederhana mengenai hubungan khusus antara dua variabel disebut hipotesis penelitian atau hipotesis substantif. Hipotesis ini mencerminkan harapan peneliti yang didasarkan pada teori atau hasil-hasil penelitian sebelumnya. Pada umumnya, ada dua hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut.
a) Hipotesis kerja
Hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara dua variabel dalam masalah penelitian.
Misalnya : Terdapat pengaruh positif antara pemberian julukan atau labelling dan penyimpangan sosial.
b) Hipotesis statistik atau hipotesis nol (null hypothesis)
Hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel-variabel dalam masalah tersebut.
Misalnya : Tidak terdapat pengaruh positif antara pemberian julukan atau belling dan penyimpangan sosial.
Selanjutnya, hipotesis yang telah dinyatakan ini diuji kebenarannya. Pengujian dilakukan pada hipotesis nol. Jika hipotesis nol ditolak, artinya hipotesis kerja diterima. Ini berarti bahwa memang terdapat hubungan positif antara pemberian julukan dan perilaku menyimpang.
Daftar Pustaka :
Muin, Idianto. 2014. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Erlangga.
Comments
Post a Comment