a. Pengertian Jurnal Penyesuaian
Jurnal Penyesuaian adalah jurnal yang tidak didasarkan pada aktivitas transaksi, tetapi didasarkan pada perhitungan atau keterangan tertentu seperti beban penyusutan gedung, beban sewa gedung, dan utang gaji. (Widiastuti et al dalam Rudianto :2016). Tujuan pembuatan jurnal penyesuaian adalah membuat setiap akun riil (akun aset, liabilitas, dan ekuitas) menunjukkan jumlah sebenarnya pada akhir periode akuntansi. Jurnal penyesuaian juga bertujuan membuat setiap akun nominal (akun pendapatan dan beban) menunjukkan jumlah uang yang benar-benar telah menjadi pendapatan dan beban pada akhir periode akuntansi.
b. Pencatatan Jurnal Penyesuaian
Dalam perusahaan jasa, ada tujuh kejadian yang sering terjadi dan memerlukan penyesuaian pada akhir periode akuntansi. Akun-akun yang memerlukan penyesuaian sebagai berikut.
1) Perlengkapan
Perlengkapan adalah barang yang digunakan perusahaan untuk kegiatan operasional yang habis dipakai kurang dari satu tahun (dalam satu periode akuntansi). Perlengkapan yang sudah terpakai akan menjadi beban pada akhir periode akuntansi.
Perhatikan contoh berikut!
a) Metode Harta (Neraca)
Pada tanggal 4 Mei 2015 Putih laundry membeli perlengkapan sebesar Rp900.000,00 secara tunai. Pada tanggal 31 Mei 2015 perlengkapan yang tersisa sebesar Rp100.000,00. Artinya perlengkapan yang habis dipakai dalam satu periode akuntansi sebesar Rp900.000,00 - Rp100.000,00 = Rp800.000,00. Pada jurnal umum dicatat sebagai akun "Perlengkapan". Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Mei 2015 sebagai berikut.
Jurnal Umum :
Perlengkapan Rp 900.000,00 xxx
Kas xxx Rp 900.000,00
Jurnal Penyesuaian :
Beban perlengkapan Rp 800.000,00 xxx
Perlengkapan xxx Rp 800.000,00
b) Metode Beban (Laba/Rugi)
Pada tanggal 5 Oktober 2015 Putih laundry membeli perlengkapan sebesar Rp 3.000.000,00 secara tunai. Pada tanggal 31 Desember 2015 perlengkapan yang terpakai senilai Rp 2.000.000,00. Artinya perlengkapan yang tersisa dalam satu periode akuntansi sebesar Rp 3.000.000,00 - Rp 2.000.000,00 = Rp 1.000.000,00. Pada jurnal umum dicatat sebagai akun "Beban Perlengkapan". Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2015 sebagai berikut.
Jurnal Umum :
Beban Perlengkapan Rp 3.000.000,00 xxx
Kas xxx Rp 3.000.000,00
Jurnal Penyesuaian :
Perlengkapan Rp 1.000.000,00 xxx
Beban Perlengkapan xxx Rp 1.000.000,00
2) Penyusutan Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud (kecuali tanah) yang siap digunakan dalam operasional perusahaan dan digunakan lebih dari satu tahun. Contoh aset tetap adalah peralatan usaha, kendaraan, mesin, dan gedung. Aset tetap mengalami penyusutan atau berkurangnya kemampuan untuk memberikan manfaat ekonomis secara berangsur-angsur.
Perhatikan contoh berikut!
Pada tanggal 2 Mei 2015 pada neraca saldo Putih laundry terdapat akun peralatan usaha sebesar Rp8.500.000,-. Putih laundry menetapkan penyusutan peralatan sebesar 10% per tahun. Jadi, penyusutan peralatan sebesar Rp850.000,-. Jurnal penyesuaian penyusutan peralatan pada tanggal 31 Mei 2015 sebagai berikut.
Beban penyusutan/depresiasi peralatan Rp 850.000,00 xxx
Akumulasi penyusutan/depresiasi peralatan xxx Rp 850.000,00
3) Beban Dibayar di Muka
Beban dibayar di muka (persekot beban) adalah transaksi yang pada awalnya dianggap sebagai harta (aset), tetapi menjadi beban pada kemudian hari. Beban ini merupakan harta perusahaan yang pada masa depan akan memberikan manfaat. Contoh akun beban dibayar di muka adalah sewa dibayar di muka, asuransi dibayar di muka, iklan dibayar di muka, dan bunga dibayar di muka. Pencatatan jurnal penyesuaian akun beban dibayar di muka dapat dilakukan dalam dua cara sebagai berikut.
a) Dicatat sebagai Harta
Berikut ini merupakan contoh transaksi pembayaran sewa dibayar di muka. Pada tanggal 1 Maret 2015 Putih laundry membayar sewa tempat usaha sebesar Rp5.000.000,00 untuk masa satu tahun. Pada saat transaksi pembayaran sewa, pencatatan pada jurnal umum dilakukan dengan cara mendebit akun sewa dibayar di muka dan mengkredit akun kas. Pencatatan jurnal umum pada tanggal 1 Maret 2015 sebagai berikut.
Sewa dibayar di muka Rp 5.000.000,00 xxx
Kas xxx Rp 5.000.000,00
Penyusunan jurnal penyesuaian atas transaksi tersebut dilakukan dengan cara mendebit akun beban sewa dan mengkredit akun sewa dibayar di muka. Misalnya sewa yang menjadi beban hingga tanggal 31 Mei 2015. Sewa yang telah menjadi beban hingga tanggal 31 Mei 2015 adalah tiga bulan (1 Maret-31 Mei 2015). Jumlah beban sewa sebesar 3/12 × Rp5.000.000,00 = Rp 1.250.000,00. Jurnal penyesuaian beban sewa pada tanggal 31 Mei 2015 sebagai berikut
Beban sewa Rp 1.250.000,00 xxx
Sewa dibayar di muka xxx Rp 1.250.000,00
b) Dicatat sebagai Beban
Jika transaksi di atas dicatat sebagai beban, transaksi dicatat pada jurnal umum dengan mendebit akun beban sewa dan mengkredit akun kas. Pencatatan jurnal umum pada tanggal 1 Maret 2015 sebagai berikut.
Beban sewa Rp 5.000.000,00 xxx
Kas xxx Rp 5.000.000,00
Untuk membuat jurnal penyesuaian, terlebih dahulu harus menentukan bagian sewa yang masih menjadi sewa dibayar di muka pada akhir periode akuntansi (Maret-Desember), yaitu sebesar 9/12 x Rp 5.000.000,00 = Rp 3.750.000,00. Penyusunan jurnal penyesuaian atas transaksi tersebut dilakukan dengan mendebit sewa dibayar di muka dan mengkredit beban sewa. Jurnal penyesuaian beban sewa pada tanggal 31 Mei 2015 sebagai berikut.
Sewa dibayar di muka Rp 3.750.000,00 xxx
Beban sewa xxx Rp 3.750.000,00
4) Pendapatan Diterima di Muka
Pendapatan diterima di muka merupakan transaksi dicatat sebagai kewajiban (utang), tetapi akan menjadi pendapatan pada kemudian hari. Pendapatan ini muncul karena perusahaan telah menerima pembayaran atas suatu pekerjaan, tetapi belum menyelesaikan pekerjaan tersebut. Contoh pendapatan diterima di muka adalah sewa diterima di muka, asuransi diterima di muka, dan bunga diterima di muka. Penyesuaian akun pendapatan diterima di muka bisa dilakukan dengan dua cara sebagai berikut.
a) Dicatat sebagai Utang (Kewajiban)
Berikut merupaka contoh transaksi penerimaan sewa dibayar di muka. Pada tanggal 1 April 2015 CV Jasa Kios menerima pendapatan sewa atas kios untuk masa satu tahun senilai Rp7.500.000,00. Jika dicatat sebagai utang, transaksi dicatat ada jurnal umum dengan mendebit akun kas dan mengkredit akun sewa diterima di muka. Pencatatan jurnal umum pada tanggal 1 April 2015 sebagai berikut.
Kas Rp 7.500.000,00 xxx
Sewa diterima di muka xxx Rp 7.500.000,00
Penyusunan jurnal penyesuaian atas transaksi tersebut dilakukan dengan cara mendebit akun sewa diterima di muka dan mengkredit akun pendapatan sewa. Bagian sewa yang telah menjadi pendapatan adalah empat bulan (1 April-31 Juli 2015) sebesar Rp 2.500.000,00, yaitu dari perhitungan 4/12 x Rp 7.500.000,00. Jurnal penyesuaian pendapatan sewa pada tanggal 31 Desember 2015 sebagai berikut.
Sewa diterima di muka Rp 2.500.000,00 xxx
Pendapatan sewa xxx Rp 2.500.000,00
b) Dicatat sebagai Pendapatan
Jika transaksi di atas dicatat sebagai pendapatan, transaksi dicatat pada jurnal umum dengan mendebit akun kas dan mengkredit akun pendapatan sewa. Pencatatan jurnal umum pada tanggal 1 April 2015 sebagai berikut.
Kas Rp 7.500.000,00 xxx
Pendapatan sewa xxx Rp 7.500.000,00
Untuk membuat jurnal penyesuaian, terlebih dahulu harus menentukan bagian pendapatan yang masih menjadi sewa diterima di muka pada akhir periode akuntansi, yaitu 8/12 x Rp 7.500.000,00 = Rp 5.000.000,00.
Penyusunan jurnal penyesuaian atas transaksi tersebut dilakukan dengan mendebit akun pendapatan sewa dan mengkredit akun sewa diterima di muka. Jurnal penyesuaian pendapatan sewa pada tanggal 31 Juli 2015 sebagai berikut.
Pendapatan sewa Rp 5.000.000,00 xxx
Sewa diterima di muka xxx Rp 5.000.000,00
5) Beban yang Masih Harus Dibayar (Utang Beban)
Beban yang masih harus dibayar (utang beban) adalah beban yang sudah menjadi kewajiban ditinjau dari segi waktu (jatuh tempo), tetapi perusahaan belum melakukan pembayaran. Contohnya adalah gaji yang masih harus dibayar dan bunga yang masih harus dibayar.
Misalnya, suatu perusahaan menetapkan pembayaran gaji pada tanggal 1 Maret 2015 kepada empat karyawan sebesar Rp 8.000.000,00. Selama bulan Maret, ada seorang karyawan yang belum mengambil gaji sebesar Rp 2.000.000,00. Hal ini berarti perusahaan memiliki utang gaji kepada karyawan yang bersangkutan. Jurnal penyesuaian utang gaji pada tanggal 31 Maret 2015 sebagai berikut.
Beban gaji Rp 2.000.000,00 xxx
Utang gaji xxx Rp 2.000.000,00
6) Pendapatan yang Masih Harus Diterima (Piutang Pendapatan)
Pendapatan yang masih harus diterima atau piutang pendapatan adalah pendapatan yang sudah menjadi hak perusahaan, tetapi belum diterima pembayarannya hingga akhir periode akuntansi. Meskipun belum menerima uang, pada akhir periode perusahaan akan mencatat pendapatan tersebut sebagai penghasilan karena perusahaan telah memberikan jasanya. Piutang bunga dan piutang sewa merupakan contoh pendapatan yang harus diterima. Misalnya pada tanggal 13 Maret 2015 persewaan mobil Armada menyewakan mobil selama satu minggu senilai Rp 2.500.000,00. Akan tetapi, hingga pada tanggal 31 Maret 2015 perusahaan tersebut belum menerima pelunasan. Jurnal penyesuaian piutang pendapatan pada tanggal 31 Maret 2015 sebagai berikut.
Piutang sewa Rp 2.500.000,00 xxx
Pendapatan sewa xxx Rp 2.500.000,00
7) Piutang Tidak Tertagih
Piutang tidak tertagih adalah risiko akibat tidak tertagihnya piutang perusahaan karena pelanggan tidak melakukan pembayaran. Transaksi piutang tidak tertagih diperlukan sebagai beban. Ada dua metode dalam mencatat piutang tidak tertagih, yaitu metode langsung dan tidak langsung.
a) Metode Langsung
Pada metode langsung, kerugian dicatat pada periode penerimaan piutang, berdasarkan jumlah piutang yang dihapuskan. Setiap penghapusan piutang langsung dicatat dengan mengurangi akun "Piutang". Jurnal penyesuaiannya sebagai berikut.
Kerugian piutang tidak tertagih xxx
Piutang xxx
Misalnya, Putih laundry memiliki piutang dagang perusahaan kepada Hitam laundry sejumlah Rp 100.000,00 yang tidak dapat ditagih karena Hitam laundry bangkrut. Jurnal penyesuaiannya sebagai berikut.
Kerugian piutang tidak tertagih Rp 100.000,00 xxx
Piutang xxx Rp 100.000,00
b) Metode Tidak Langsung
Pada metode tidak langsung, kerugian dicatat pada periode penjualan atau terjadinya piutang, biasanya ditetapkan dengan persentase (%). Setiap penghapusan piutang akan dicadangkan terlebih dahulu dengan mendebit akun "Kerugian piutang tidak tertagih" dan mengkredit akun "Cadangan kerugian piutang tidak tertagih". Jurnal penyesuaiannya sebagai berikut.
Kerugian piutang tidak tertagih xxx
Cadangan kerugian piutang tidak tertagih xxx
Misalnya Putih laundry menetapkan 5% sebagai piutang tidak tertagih atas piutang usaha sebesar Rp1.750.000,00 = Rp 87.500,00. Jurnal penyesuaian piutang tidak tertagih pada tanggal 31 Maret 2015 sebagai berikut.
Kerugian piutang tidak tertagih Rp 87.500,00 xxx
Cadangan kerugian piutang tidak tertagih xxx Rp 87.500,00
8) Persediaan Barang Dagang
Dalam mencatat penyesuaian akun persediaan barang dagang dapat menggunakan dua metode, yaitu metode Ikhtisar L/R dan Harga Pokok Penjualan (HPP).
a) Metode Ikhtisar L/R
Ketika dilakukan perhitungan laba rugi, persediaan barang dagang awal akan mempengaruhi harga pokok penjualan atau harga pokok barang yang telah terjual. Maka, di akhir periode persediaan awal barang dagang dipindahkan ke sebelah debit akun akun laba/rugi dan mengkreditkan akun persediaan barang dagang awal. Sedangkan, untuk penyesuaian persediaan barang dagang akhir, akun persediaan barang dagang dipindahkan ke debit dan akun laba/rugi ke sisi kredit.
(1) Mencatat penyesuaian persediaan awal
Ikhtisar L/R' xxx
Persediaan Barang Dagang (Awal) xxx
(2) Mencatat penyesuaian persediaan akhir
Persediaan Barang Dagang (Akhir) xxx
Ikhtisar L/R xxx
b) Metode Harga Pokok Penjualan/HPP (Cost of Goods Sold)
Apabila suatu dalam mencatat keuangan menggunakan pendekatan harga pokok penjualan, maka perlu diperhatikan akun-akun yang harus dipindahkan ke harga pokok penjualan. Akun-akun tersebut antara lain persediaan barang dagang awal, pembelian, beban angkut pembelian, retur pembelian & PH, potongan pembelian, dan persediaan barang dagang akhir. Jurnal Penyesuaiannya sebagai berikut.
(1) Mencatat penyesuaian persediaan awal
Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan Barang Dagang (Awal) xxx
(2) Mencatat penyesuaian pembelian
Harga Pokok Penjualan xxx
Pembelian xxx
(3) Mencatat penyesuaian biaya angkut pembelian
Harga Pokok Penjualan xxx
Beban Angkut Pembelian xxx
(4) Mencatat penyesuaian persediaan akhir
Persediaan Barang Dagang (Akhir) xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
(5) Mencatat penyesuaian retur pembelian
Retur Pembelian dan PH xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
(6) Mencatat penyesuaian potongan pembelian
Potongan Pembelian xxx
Harga Pokok Penjualan xxx
Daftar Pustaka :
Widiastuti, Anik, dkk. 2016. Buku Siswa EKONOMI untuk SMA/MA Kelas XII. Klaten : Cempaka Putih.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete