Skip to main content

Sebaran Flora dan Fauna di Indonesia dan Dunia

A. Flora dan Fauna
Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Hal ini ditandai dengan ekosistem, jenis makhluk hidup, plasma nutfah yang melimpah. Dengan demikian, Indonesia menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia dan dikenal sebagai negara mega-biodiversity. Keanekaragaman hayati tersebut merupakan kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia, modal pembangunan, paru-paru dunia yang dibutuhkan saat ini maupun masa yang akan datang.
1. Definisi Flora dan Fauna
a. Definisi Flora
Dilihat dari segi bahasa, flora berasal dari bahasa Latin yaitu flora, yang berarti sebagai tumbuhan atau nabati yang menyangkut semua aspek mengenai macam tumbuhan dan tanaman. Flora berdasarkan Ensiklopedia Nasional Indonesia (2004:338) mencakup seluruh alam tumbuhan, termasuk semua populasi tumbuhan yang tumbuh di suatu daerah tertentu atau yang pernah hidup para periode waktu tertentu.
b. Definisi Fauna
Fauna jika dilihat dari segi bahasa juga berasal dari bahasa Latin dan dapat diartikan sebagai hewan yang mencakup segala jenis dan macam hewan serta kehidupannya yang berada di wilayah dan pada waktu tertentu. Flora, fauna, dan kehidupan lainnya bersama dalam wilayah dan waktu yang sama dapat disebut biota. Flora dan fauna memiliki perbedaan yang esensial, adapun perbedaan keduanya sebagai berikut.
1) Flora terikat pada suatu tempat, sedangkan fauna tidak. Fauna dapat bergerak ke berbagai wilayah untuk mencari makanan.
2) Flora berfungsi sebagai produsen, sedangkan fauna cenderung sebagai konsumen.

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sebaran Flora dan Fauna
Faktor-faktor yang memengaruhi sebaran flora dan fauna diantaranya adalah iklim, makhluk hidup, jenis tanah, dan topografi, berikut penjelasannya.
a. Iklim
Kondisi iklim sangat dominan dalam menentukan kehidupan flora dan fauna. Faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna adalah suhu, kelembapan udara, angin, dan curah hujan. Kondisi iklim merupakan faktor yang dominan dalam memengaruhi pola persebaran flora dan fauna. Pada wilayah-wilayah yang memiliki iklim ekstrem seperti di kutub yang selalu tertutup oleh salju dan lapisan es abadi, maupun gurun yang gersang menyulitkan makhluk hidup untuk bertahan. Oleh karena itu, persebaran flora dan fauna pada wilayah ini sangat minim, baik berdasarkan jumlah maupun jenis. Berbeda halnya di daerah tropis yang merupakan wilayah yang sangat sesuai untuk kelangsungan hidup makhluk hidup.
b. Makhluk hidup
Manusia dapat memengaruhi dan mengubah kondisi lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Sebagai contoh adalah alih fungsi lahan, dari pertanian ke pemukiman, melakukan reboisasi, konservasi, dan sebagainya. Kondisi demikian akan memengaruhi kondisi flora yang ada di lingkungan tempat manusia tinggal. Selain manusia, hewan juga berperan terhadap penyebaran flora pada suatu wilayah. Misalnya, serangga membantu dalam proses penyerbukan, kelelawar, tupai, dan burung membantu dalam penyebaran biji tumbuhan.
c. Jenis tanah
Tanah merupakan media tumbuh dan berkembang bari flora. Tanah yang baik mengandung unsur-unsur kimia yang menentukan tingkat kesuburannya. Keadaan struktur tanah berpengaruh terhadap sirkulasi udara di dalamnya yang memungkinkan akar-akar tumbuhan dapat bernapas dengan baik. Keadaan tekstur tanah merupakan tingkat kasar atau halus tanah yang memengaruhi daya serap tanah terhadap air. Semakin besar tekstur tanah tersebut daya serap air semakin besar tapi daya simpan kecil dan semakin kecil tekstur tanah, maka daya serap air tersebut semakin kecil tapi daya simpan besar.
Komposisi tanah yang baik umumnya mengandung bahan mineral anorganik (70-90%), bahan organik (1-15%), air dan udara (0-9%). Keadaan ini menunjukkan bahwa tanah memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan sebaran flora. Dikarenakan setiap daerah memiliki karakteristik tanah yang berbeda-beda, maka flora yang dapat hidup juga berbeda-beda. Misalnya, di Kalimantan jenis hutannya merupakan hutan hujan tropis dengan tanah cukup subur, sementara di Nusa Tenggara berupa hutan sabana dengan kondisi tanah yang kurang subur.
d. Topografi
Ketinggi merupakan permukaan bumi biasanya dilihat berdasarkan ketinggian dari permukaan laut (elevasi). Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu udara di daerah tersebut semakin rendah (dingin), dan apabila kondisi suatu tempat rendah, maka suhu udara semakin tinggi (panas). Setiap naik 100 meter suatu lokasi suhu udara akan turun kurang lebih 0,50 Celcius. Kondisi topografi besar pengaruhnya terhadap persebaran tumbuhan. Tumbuhan di dataran tinggi akan berbeda dengan tumbuhan yang berada di dataran rendah.

B. Flora dan Fauna di Indonesia
1. Persebaran Flora di Indonesia
Secara umum, persebaran flora Indonesia terdiri atas tiga kawasan utama, yaitu flora kawasan barat, tengah, dan timur. Jenis-jenis vegetasi yang tersebar di ketiga kawasan tersebut terdiri atas vegetasi hutan hujan tropis, hutan musim, hutan pegunungan, sabana tropik, stepa tropik, dan hutan mangrove. Indonesia bagian barat disebut Dangkalan Sunda dan kondisi flora dan fauna bercorak Asia. Indonesia bagian tengah atau yang disebut daerah Wallace sebagai daerah peralihan flora fauna antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Indonesia bagian timur atau yang disebut Dangkalan Sahul dan kondisi flora faunanya bercorak Australia. Sebaran flora dan fauna yang berbeda-beda bergantung pada karakteristik wilayahnya, sehingga flora dan fauna akan beradaptasi menyesuaikan lingkungannya.
a. Kawasan Barat (Bercorak Asia)
Sebagian besar wilayah Sumatera dan Kalimantan merupakan hutan hujan tropis (tropis basah) atau Af menurut sistem klasifikasi iklim Koppen. Hutan hujjan tropis merupakan vegetasi yang paling kaya, baik jumlah jenis makhluk hidup, maupun dalam sumber daya lahan (tanah, air, cahaya matahari) yang dimilikinya. Hutan ini didominasi oleh pepohonan yang besar yang membentuk tajuk berlapis-lapis (layering), sekurang-kurangnya tinggi tajuk teratas rata-rata adalah 45 m (paling tinggi dibandingkan rata-rata hutan lainnya), rapat, dan hijau sepanjang tahun. Contoh flora di daerah hutan hujan tropis adalah bunga Rafflesia arnoldi dan anggrek.
Bentang lahan Pulau Jawa hingga Bali memiliki iklim yang berbeda meskipun dipisahkan oleh selat yang sempit. Curah hujan di Jawa bagian barat cenderung lebih tinggi, dan semakin ke timur curah hujan semakin rendah. Fenomena ini terjadi dikarenakan iklim yang berbeda. Iklim di Jawa Barat beriklim Af (hutan hujan tropis) dan semakin ke timur berubah menjadi iklim Am (muson tropis) dan Aw (sabana tropis). Vegetasi pulau Jawa dan Bali dapat diklasifikasikan menjadi hutan hujan tropis, hutan muson tropis, sabana tropis, dan hutan mangrove. Di Pulau Jawa bagian barat seperti Ujung Kulon, Bogor, Pangandaran, Gede Pangrango, termasuk ke dalam kawasan hutan hujan tropis. Bagian utara Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Barat hingga Jawa Timur merupakan kawasan hutan muson tropis. Contoh vegetasi pada hutan ini adalah pohon jati yang meranggas pada saat musim kemarau. Di Jawa Timur bagian timur hingga Pulau Bali termasuk kawasan sabana tropis. Di daerah pegunungan ditutupi oleh vegetasi seperti pinus dan cemara, sedangkan di daerah tropis di Pulau Jawa dan Bali ditutupi oleh vegetasi mangrove.
b. Kawasan Peralihan (Wallace)
Persebaran flora yang termasuk ke dalam wilayah Wallace meliputi Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku. Iklim di kawasan ini adalah iklim kering dan suhu udara relatif lebih panas bila dibandingkan dengan kawasan Indonesia lainnya. Vegetasi yang tumbuh di kawasan ini adalah jenis vegetasi dengan asosiasi panas dan kering. Contoh vegetasi yang terdapat di kawasan Wallace.
1) Vegetasi sabana dan stepa tropis di Nusa Tenggara;
2) Vegetasi hutan pegunungan di Sulawesi; dan
3) Vegetasi hutan campuran di Maluku, seperti pala, cengkih, kayu manis, kenari, kayu eboni, dan lontar.
c. Kawasan Timur (Bercorak Australia)
Pulau Papua terletas paling timur di Indonesia dan memiliki iklim Af (hutan hujan tropis), sama dengan Indonesia bagian timur (Sumatera, sebagian Jawa Barat, dan Kalimantan). Berbeda dengan Indonesia bagian barat yang corak floranya dipengaruhi oleh Asia, dan Indonesia bagian timur bercorak Australia. Persamaan flora ini tidak terlepas dari sejarah geologi Indonesia yang dulunya Papua menyatu dengan Australia. Hutan hujan tropis di Papua memiliki kesamaan dengan hutan hujan tropis yang ada di Australia bagian utara, yaitu Queensland dengan flora khas, yaitu eucalyptus.

2. Persebaran Fauna di Indonesia
Persebaran fauna di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu kawasan barat yang meliputi Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan; kawasan tengah yang meliputi Pulau Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara; dan kawasan timur yang meliputi Pulau Papua.
a. Kawasan Barat/Asiatis
Kawasan barat termasuk ke dalam kawasan Asiatis yang meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali. Fauna yang hidup di kawasan ini adalah harimau sumatera, macan tutul, banteng, ular kobra, badak bercula satu, burung elang jawa, harimau jawa, dan burung rangkong.
b. Kawasan Tengah/Peralihan (Wallace)
Kawasan tengah disebut juga sebagia kawasan peralihan atau wallace region. Kawasan fauna peralihan dibatasi oleh garis Wallace yang membatasi dengan fauna di dataran Sunda dan garis Webber yang membatasi dengan fauna di dataran Sahul. Keunikan kawasan ini adalah terdapatnya fauna yang mirip dengan fauna kawasan Asiatis (tapir dan monyet), sekaligus juga mirip dengan fauna yang ada di kawasan Australia (kakatua dan musang). Fauna di bagian peralihan, antara lain anoa, tarsius, burung maleo, burung alo, babi rusa, musang sulawesi, kuskus, dan burung jalak sulawesi.
c. Kawasan Timur/Australia
Kawasan timur disebut juga fauna Dataran Sahul dengan corak Australia. Fauna ini terdapat di Papua dan pulau-pulau di sekitarnya. Binatang-binatangnya mempunyai kesamaan dengan binatang-binatang di Benua Australia. Contoh fauna Australis antara lain kangguru, kasuari, kuskus, burung cenderawasih, dan berbagai jenis burung lainnya, reptil, dan amfibi.

C. Flora dan Fauna di Dunia
1. Persebaran Flora di Dunia
Persebaran flora di dunia berdasarkan atas kondisi geografis dan fisiologis atau yang disebut dengan pendekatan ekologi. Pendekatan ekologi terdiri atas distribusi flora yang dilihat dari pengaruh kondisi lingkungan, terutama iklim yang disebabkan oleh perbedaan letak astronomis, dan pengaruh ketinggian tempat  yang dilihat dari permukaan laut. Sistem bioma merupakan salah satu cara untuk mempelajari persebaran flora yang ada. Sistem bioma lebih menekankan pada dinamika komunitas yang berdasarkan karakteristik ekosistem dan region iklim. Sebaran flora di dunia diantaranya adalah hutan hujan tropis, hutan musim tropis, hutan gugur, taiga, tundra, gurun, dan padang rumput. Adapun deskripsinya sebagai berikut.
a. Bioma Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis memiliki intensitas curah hujan yang tinggi terdapat di daerah tropis dan subtropis. Karakteristik hutan hujan tropis sebagai berikut.
1) Pohon-pohonnya tinggi, rapat, dan berdaun lebat.
2) Dasar hutan ditumbuhi rumput dan lumut sebagai penutup lahan.
3) Sinar matahari cukup setiap tahunnya, namun tidak dapat menembus dasar hutan.
4) Udara disekitarnya sangat lembap.
5) Curah hujan tinggi setiap tahunnya, mencapai 200-250 cm/tahun.
6) Vegetasi berkanopi dengan tinggi mencapai 40 m, dan bagian dasar hutan ditumbuhi lumut.
Hutan hujan tropis berada di daerah 100 LU hingga 100 LS. Sebaran hutan hujan tropis di wilayah Amerika Tengah dan Selatan, Afrika bagian tengah, dan sebagian besar wilayah Asia Tenggara. Sebagian besar daerah yang berada di daerah khatulistiwa beriklim tropis dan hujan tropis.
b. Bioma Hutan Musim Tropis
Hutan musim tropis terdapat di daerah tropis yang memiliki iklim basah dan musim kemarau yang panjang. Vegetasi pada hutan musim tropis ketika musim kemarau menggugurkan daunnya. Hal tersebut berfungsi untuk mengurangi penguapan. Di Indonesia, sebaran hujan musim tropis terdapat di sepanjang Pulau Jawa bagian utara dan Sulawesi. Terdapat juga di berbagai negara seperti Thailand, India, Kamboja, Laos, Vietnam, Australia bagian utara, dan Afrika Tengah. Vegetasi yang dominan pada hutan musim tropis adalah jati dan angsana. Karakteristik hutan musim tropis adalah sebagai berikut.
1) Tumbuhan membentuk formasi musiman.
2) Tumbuhan umumnya tahan dari kekeringan dan termasuk tumbuhan tropofit (mampu beradaptasi dengan musim kemarau dan musim hujan).
3) Pada musim kemarau daunnya meranggas (gugur), sebaliknya pada musim penghujan daunnya lebat.
c. Bioma Hutan Gugur
Hutan gugur adalah hutan yang menggugurkan daunnya pada musim dingin. Ketika musim panas, matahari yang diterima cukup tinggi, begitu pula dengan curah hujan dan kelembapan. Keadaan ini menyebabkan pohon-pohon tumbuh tinggi dengan baik. Ketika musim dingin, sinar matahari yang diterima berkurang, begitu pula dengan intensitas curah hujan, dan temperatur menurun. Akibatnya, tanaman sulit mendapatkan air sehingga daun menjadi kuning hingga cokelat dan menggugurkan daunnya. Vegetasi yang terdapat di hutan gugur adalah pohon birch, cedar, beech, elm, dan ek. Daerah persebaran hutan gugur meliputi daerah yang memiliki empat musim (subtropis), seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Asia Timur.
d. Bioma Taiga
Taiga adalah suatu daerah yang ditumbuhi oleh hutan yang memiliki daun seperti jarum atau sisik yang terdapat di daerah tropis hingga kutub. Kondisi daerah bioma adalah perbedaan suhu antara musim panas dan musim dingin sangat tinggi, sehingga pertumbuhannya singkat dan berlangsung lambat. Vegetasi yang terdapat di taiga yakni konifer, pinus, spruce, alder, birch, dan cemara. Sebaran bioma taiga banyak terdapat di Kanada, Rusia, Alaska, dan Siberia.
e. Bioma Tundra
Daerah tundra terdapat pada daerah yang memiliki iklim kutub. Musim dingin di daerah tersebut sangat panjang dan intensitas matahari minim atau bahkan tidak ada. Pada musim panas, intensitas penyinaran matahari sangat panjang. Kondisi ini terjadi karena letak matahari terhadap bumi hanya mencapai 23 1/20 LU dan 23 1/20 LS. Musim dingin berlangsung selama sembilan bulan dan musim panas berlangsung selama tiga bulan. Tundra adalah padang lumut yang terdapat di daerah kutub sehingga iklimnya juga iklim kutub. Vegetasi tundra banyak terdapat di daerah kutub dan tidak terdapat tumbuhan berbentuk pohon. Vegetasi yang terdapat di tundra, umumnya berupa lumut, spagnu, dan lumut kerak.
f. Bioma Gurun
Lokasi gurun bergantung pada faktor lintang dan pola angin global. Sebagian besar gurun terletak di antara 150 dan 350, Lintang Utara dan Lintang Selatan. Berdasarkan pola angin global, sebagian besar gurun terletak di dalam angin sabuk tenggara dan timur laut. Pengaruh arah pergerakan angin di wilayah ini, tanah menerima udara kering karena kelembapan telah hilang sebelum udara sampai ke permukaan tanah. Gurun merupakan kawasan yang menerima kurang dari 25 cm atau 250 mm curah hujan per tahun. Kondisi ini menyebabkan gurun menjadi suatu derah yang berpasir dan berbatu dengan kondisi iklim yang kering. Amplitudo suhu di gurun sangat tinggi. Pada siang hari, suhu sangat tinggi dan pada malam hari, suhu sangat rendah. Pada musim kemarau, suhu di daerah ini dapat mencapai 400 C.
Flora yang hidup di gurun adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan minimnya persediaan air, seperti tumbuhan berduri atau tidak berdaun sama sekali. Tanaman kaktus adalah tanaman yang mendominasi tanaman di daerah gurun. Bagian luar tanaman dilapisi seperti cairan lilin yang berfungsi untuk mengurangi penguapan. Persebaran gurun terdapat di Amerika Utara, Australia Barat, Asia Barat, Afrika Utara, dan Afrika Selatan.
g. Bioma Padang Rumput
Bioma padang rumput memiliki karakteristik daerah intensitas curah hujan 250 hingga 500 mm/tahun, di beberapa daerah curah hujan dapat mencapai 1000 mm/tahun. Hujan jarang terjadi di bioma padang rumput sehingga tanaman sulit mendapatkan sumber air. Tanaman yang mudah beradaptasi adalah rumput, sehingga banyak tanaman rumput di daerah ini. Dikarenakan curah hujan sedikit, daerah tersebut tidak cukup untuk perkembangan tumbuhan seperti tumbuhan hutan. Persebaran bioma stepa (padang rumput) terbentang dari daerah tropis sampai ke daerah subtropis. Bioma stepa berbeda dengan bioma sabana. Perbedaan antara stepa dan sabana adalah bioma sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh kumpulan pepohonan besar, sedangkan bioma stepa merupakan padang rumput yang tidak diselingi oleh kumpulan pepohonan, dan kalaupun ada hanya sedikit saja pepohonan. Beberapa flora yang hidup adalah akasia dan semak belukar, dan untuk fauna terdapat rusa, antelop, kerbau, harimau, singa, dan ular.

2. Persebaran Fauna di Dunia
Terdapat enam kawasan persebaran fauna, yaitu kawasan Neartik, Neotropik, Australia, Oreintal, Paleartik, dan Ethiopia. Sebaran fauna tersebut merupakan pembagian berdasarkan Alfred Russel Wallace.
a. Kawasan Neartik
Persebaran kawasan ini meliputi Amerika Utara, Kanada, dan Greenland. Fauna yang terdapat di kawasan ini seperti tikus air, karibu, bison, muskox, caribau, rakun, kalkun, dan kambing gunung.
b. Kawasan Neotropik
Persebaran kawasan ini meliputi Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Fauna yang terdapat pada kawasan ini adalah tapir, kukang, trenggiling, toucan, antelop, dan kera hidung merah.
c. Kawasan Australia
Persebaran kawasan ini meliputi Australia, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Fauna yang hidup pada kawasan ini adalah platypus, hewan berkantung (kangguru, kiwi), dan koala. Untuk jenis burung terdapat kasuari, cenderawasih, emu, dan kakatua.
d. Kawasan Oriental
Persebaran kawasan ini meliputi Asia Selatan dan Asia Tenggara. Berbagai hewan mamalia banyak terdapat di kawasan ini seperti harimau, gajah, dan siamang. Badak bercula satu merupakan salah satu hewan spesifik kawasan ini. Hewan lainnya adalah babi rusa, menjangan, kera, dan tapir.
e. Kawasan Paleartik
Persebaran kawasan ini meliputi wilayah Eropa, sebagian Asia (Himalaya), dan Afrika Utara. Jenis fauna yang terdapat pada kawasan ini bervariasi dikarenakan kondisi lingkungan yang bervariasi pula. Adapun jenis fauna pada kawasan ini adalah sapi, domba, burung robin, dan kerbau. Di daerah lain juga ditemukan hewan, seperti rusa kutub, keledai, beruang kutub, dan marcopolo.
f. Kawasan Ethiopia
Persebaran kawasan ini meliputi wilayah Afrika sebelah selatan, Gurun Sahara, dan Madagaskar. Jenis fauna yang khas di daerah ini adalah zebra, okapi, unta, jerapah, dan badak afrika. Selain itu, juga terdapat fauna yang hampir sama dengan fauna oriental, seperti gajah, badak, dan singa.

D. Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati
1. Definisi Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati menurut Kementerian Lingkungan Hidup adalah keanekaragaman makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain, serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies, dan ekosistem. Dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup, baik yang terdapat di darat, laut, dan akuatik lainnya yang mencakup keanekaragaman di dalam spesies, di antara spesies dan ekosistem. Berdasarkan definisi undang-undang tersebut, keanekaragaman hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.
2. Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati bagi Kelangsungan Hidup Manusia
Keanekaragaman hayati dapat memberikan manfaat, baik secara ekonomi, ilmu pengetahuan, sosial, dan budaya, serta manfaat ekologis.
a. Manfaat dari segi ekonomi
Jenis hewan (fauna) dan tumbuhan (flora) tertentu dapat diperbarui dan dimanfaatkan apabila pemanfaatannya secara efisien. Beberapa jenis kayu memiliki manfaat bagi kepentingan masyarakat Indonesia maupun untuk kepentingan ekspor. Jenis kayu-kayu tersebut antara lain kayu ramin, gaharu, meranti, dan jati, apabila diekspor akan menghasilkan devisa bagi negara. Beberapa tumbuhan juga dapat dijadikan sebagai sumber makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, serta ada tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan dan kosmetika. Sumber daya yang berasal dari hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan dan untuk kegiatan industri. Dua pertiga wilayah Indonesia adalah perairan yang dapat dijadikan sumber daya alam yang bernilai ekonomi. Laut, sungai, dan tambak merupakan sumber-sumber perikanan yang berpotensi ekonomi. Beberapa jenis di antaranya dikenal sebagai sumber bahan makanan yang mengandung protein.
b. Manfaat dari segi wisata dan ilmu pengetahuan
Kekayaan aneka flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak jenis hewan dan tumbuhan yang belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya. Dengan demikian, keadaan ini masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan dan penelitian bagi berbagai bidang pengetahuan.. Misalnya, penelitian mengenai sumber makanan dan obat-obatan yang berasal dari tumbuhan. Umumnya, secara langsung manusia menjadikan hewan sebagai objek wisata atau hiburan.
c. Manfaat dari segi sosial dan budaya
Masyarakat Indonesia ada yang menetap di wilayah pegunungan, dataran rendah, maupun dekat dengan wilayah perairan. Masyarakat telah terbiasa dan menyatu dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Kegiatan memanen hasil hutan maupun pertanian merupakan kebiasaan yang khas bagi masyarakat yang tinggal di pegunungan atau dataran tinggi. Masyarakat yang hidup berdekatan dengan laut, sungai, dan hutan memiliki aturan tertentu dalam upaya memanfaatkan tumbuhan dan hewan. Masyarakat memiliki kepercayaan tersendiri mengenai alam. Dengan adanyan aturan-aturan tersebut, keanekaragaman hayati akan terus terjaga kelestariannya.
d. Manfaat ekologi
Selain berfungsi untuk menunjang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.
Tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen yang dibutuhkan oleh organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus, menyimpan air tanah, dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang tidak stabil. Bagi manusia, keanekaragaman yang tinggi merupakan gudang sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan di kemudian hari.

D. Konservasi Flora dan Fauna
Kekayaan alam Indonesia yang melimpah kurang mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai pihak. Akibatnya adalah kerusakan lingkungan karena dalam pemanfaatannya tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Selain itu, alih fungsi lahan, penebangan luar, dan sebagainya merupakan penyebab utama kerusakan hutan. Kerusakan hutan di Indonesia yang terjadi secara besar-besaran telah mengancam keberadaan ekosistem. Hal ini dapat dihambat dengan peran serta semua pihak, baik masyarakat, pemerintah, maupun swasta.
Untuk mengatasi permasalahan kelestarian lingkungan hidup yang tidak terkendali, perlu dilakukan pembangunan keberlanjutan antara keserasian, keseimbangan, dan kelestarian agar lingkungan tetap terjaga. Berbagai upaya yang dilakukan untuk memelihara kelestarian lingkungan, antara lain sebagai berikut.
1) Penerapan peraturan yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup dengan pembangunan. Misalnya, penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Perlindungan Alam, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan.
2) Melakukan upaya konservasi yang meliputi didirikannya hutan lindung, cagar alam, suaka margasatwa, dan taman nasional.

1. Hutan Lindung
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan, hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena keadaan sifat alamnya diperuntukkan guna mengatur tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi, serta pemeliharaan kesuburan tanah. Berdasarkan definisi tersebut, dapat diambil kesimpulan, hutan lindung adalah hutan yang berfungsi untuk melindungi kawasannya dan berfungsi sebagai perlindungan tata air dan tanah untuk menjaga kehidupan flora dan fauna yang ada di dalamnya. Dengan terjaganya kondisi hutan lindung, maka ekosistem yang ada di kawasan hutan lindung dapat terjaga dan terlindungi keberadaannya. Permasalahan yang sering dihadapi dalam upaya konservasi flora fauna dengan hutan lindung adalah sering kali alih fungsi lahan yang tidak terkendali, kesadaran masyarakat yang rendah, dan tidak adanya tindakan tegas dari pemerintah sehingga hutan lindung cepat beralih fungsinya.
2. Cagar Alam
Cagar alam berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan adalah hutan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alamnya yang khas termasuk alam hewani dan alam nabati, perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Cagar Alam yang terkenal di Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Cagar Alam Cibodas yang terdapat di kaki Gunung Gede. Pada cagar alam ini banyak terdapat flora dan fauna. Cagar alam ini termasuk ke dalam hutan hujan tropis karena di daerah ini intensitas hujan lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
b. Cagar Alam Krakatau yang terletak di Selat Sunda di antara Pulau Jawa dan Sumatera. Kawasan ini merupakan laboratorium untuk mempelajari banyak hal, seperti alam, geografi, vulkanologi, tektonik, dan biologi. Kawasan ini meliputi Pulau Sertung, Krakatau Besar, Krakatau Kecil, dan Anak Krakatau.
c. Cagar Alam Pangandaran terdapat di Banten, merupakan tempat yang digunakan untuk pelestarian dan perlindungan hewan seperti rusa, banteng, dan babi hutan.
3. Suaka Margasatwa
Suaka margasatwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan adalah hutan suaka alam yang ditetapkan sebagai suatu tempat hidup margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta merupakan kekayaan dan kebanggaan nasional. Jadi, suaka margasatwa adalah suaka alam yang berfungsi untuk tempat hidup margasatwa yang memiliki nilai bagi pengetahuan. Suaka margasatwa di Indonesia yang terkenal, antara lain Muara Angke, Bawean, Cikepuh, Paliyan, Harlu, Kateri, dan Danau Taudale.
4. Taman Nasional
Taman nasional menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 56 Tahun 2006 tentang Peoman Zonasi Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam, baik daratan maupun perairan yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman nasional memiliki ekosistem asli. Taman nasional yang ada di Indonesia, misalnya Taman Nasional Ujung Kulon. Seperti namanya, Ujung Kulon (pojok barat) taman nasional ini terletak di Provinsi Banten, bagian paling barat dari Pulau Jawa. Kawasan ini menjadi tempat perlindungan hewan yang hampir punah seperti badak bercula satu, buaya, banteng jawa, babi hutan, dan burung merak.
Ada juga Taman Nasional Pulau Komodo terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini terdapat hewan endemik dan spesies asli Indonesia, yaitu komodo. Selain itu, juga terdapat burung kakatua, rusa, babi hutan, dan kerbau liar. Taman Nasional Gunung Leuser terletak di Nangroe Aceh Darussalam. Fauna yang dilindungi di kawasan ini antara lain gajah, badak sumatera, tapir, harimau, orang utan, kambing hutan, dan berbagai jenis burung. Taman Nasional Kutai di Kalimantan Timur, fauna yang dilindungi di kawasan ini adalah orang utan, banteng, babi hutan, rusa, dan bekantan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya (manfaat). Upaya yang dapat dilakukan untuk konservasi flora dan fauna, diantaranya sebagai berikut.
a. Melakukan rehabilitasi dan konservasi terutama lingkungan hutan yang memiliki fungsi strategis.
b. Melakukan reboisasi dan mencegah illegal logging.
c. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat.
d. Melakukan penelitian, monitoring, dan evaluasi terhadap perubahan dan perkembangan lingkungan.
e. Penegakan hukum untuk mencapai program rehabilitasi dan pelestarian hutan.




Daftar Pustaka :
Arifin, Aji. 2016. Geografi Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta : Mediatama.

Comments

Iklan Ad

Popular posts from this blog

Menghitung Persediaan dengan Metode LCNRV (Lower-Cost-Net-Realizable-Value)

NILAI TERENDAH DARI BIAYA PEROLEHAN ATAU NILAI REALISASI NETO (LCNRV) Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan. Namun, jika persediaan turun nilainya sampai ke tingkat di bawah biaya aslinya, maka prinsip biaya historis menjadi tidak relevan. Apapun alasan untuk penurunan nilai tersebut, baik itu usang, perubahan tingkat harga, atau rusak, perusahaan harus menurunkan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto untuk melaporkan kerugian ini. Perusahaan meninggalkan prinsip biaya historis ketika utilitas masa depan (kemampuan menghasilkan pendapatan) dari aset turun di bawah biaya aslinya. Nilai Realisasi Neto Ingat bahwa biaya adalah harga perolehan persediaan yang dihitung dengan menggunakan salah satu metode berbasis biaya historis. Nilai realisasi neto ( net realizable value /NRV) mengacu pada jumlah neto yang diharapkan oleh perusahaan untuk direalisasi dari penjualan persediaan. Secara khusus, nilai realisasi neto adalah estimasi harga penjualan dalam kegiatan bisnis bi...

Urbanisasi Sebagai Dampak Globalisasi Terhadap Perubahan Sosial di Komunitas Lokal

A.  LATAR BELAKANG Globalisasi didefinisikan sebagai suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia bisa menjangkau satu dengan yang lain atau saling terhubungkan dalam semua aspek kehidupan mereka, baik dalam budaya, ekonomi, politik, teknologi, maupun lingkungan.  Masyarakat dapat menjangkau satu dengan yang lain dalam segala aspek kehidupan didukung oleh kemajuan IPTEK dan keterbukaan sistem perekonomian negara yang mempercepat akselerasi globalisasi. Keterbukaan sistem perekonomian negara dipicu oleh adanya liberalisasi perdagangan dunia. Hal ini mengakibatkan masyarakat di berbagai dunia dapat menikmati hasil produksi dari negara lain, seperti makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya. Selain itu, keterbukaan sistem perekonomian ini juga meningkatkan aktivitas perekonomian dunia yang dikuasai oleh perusahaan multinasional. Sebagai akibatnya, masyarakat dunia merasakan dampak dari adanya globalisasi pada aspek ekonomi tersebut, baik dari segi produksi, pembiayaan, te...

Soal Latihan Piutang Dagang (Account Receivable) dan Kunci Jawaban

1. Pada akhir tahun 2017, Goblin Company memiliki piutang sebesar $700.000 dan cadangan kerugian piutang sebesar $54.000. Pada 24 Januari 2018, perusahaan mengetahui bahwa piutang dari Sun Company tidak dapat ditagih, dan pihak manajemen mengizinkan penghapusan sebesar $6.200. a. Buatlah jurnal penyesuaian untuk mencatat penghapusan piutang b. Berapa cash realizable value dari piutang (1) sebelum penghapusan dan (2) setelah penghapusan? 2. Buku besar perusahaan Tsubasa pada akhir tahun 2019 menunjukkan saldo piutang usaha $150.000, pendapatan penjualan $850.000, dan retur penjualan $30.000. Intruksi (a) Jika perusahaan Tsubasa menggunakan metode penghapusan piutang langsung untuk akun piutang tidak tertagih, buatlah jurnal penyesuaian pada 31 Desember 2019, dengan asumsi pihak manajer menentukan saldo piutang tidak tertagih sebesar $1.500. (b) Jika cadangan piutang tak tertagih memiliki saldo kredit sebesar $2.400 dalam neraca saldo, buatlah jurnal penyesuaian pada tanggal...