Skip to main content

Klasifikasi Tipe Iklim dan Pola Iklim Global

1. Iklim Matahari
Iklim Matahari ditemukan berdasarkan garis lintang. Posisi ini menentukan intensitas sinar matahari yang diterima. Berdasarkan iklim matahari, tempat di bumi dibagi menjadi empat iklim, yaitu sebagai berikut.
a. Iklim Tropis             : 00 – 23,50 LU/LS
b. Iklim Subtropis       : 23,50 – 400 LUS/LS
c. Iklim Sedang           : 400 – 66,50 LU/LS
d. Iklim Dingin           : 66,50 – 900 LU/LS

Iklim Matahari 
2. Iklim Koppen
Iklim Koppen ditentukan berdasarkan curah hujan, suhu, serta mempertimbangkan vegetasi dan persebaran jenis tanah.
a.       Iklim A, yaitu iklim tropis dengan ciri-cirinya : suhu rata-rata setiap bulan diatas 180C dan hujan tahunan tinggi. Iklim ini terbagi atas : Iklim Af (hujan hutan tropis); Iklim Am (Iklim muson). Vegetasi hutan musim (homogeny); Iklim Aw (iklim sabana). Vegetasinya kayu cendana dan stepa.
b.      Iklim B, yaitu iklim kering : tidak ada surplus air dan tidak dijumpai sungai permanen. Terbagi atas Iklim Bs (iklim stepa) dan Iklim Bw (Iklim gurun).
c.       Iklim C, yaitu iklim sedang. Terbagi atas Iklim Cw (Iklim hujan sedang), Iklim Cf (Iklim hujan sedang, basah sepanjang tahun), dan Iklim Cs (Iklim hujan sedang, panas yang kering).
d.      Iklim D, yaitu iklim bersalju dingin. Terbagi atas : Iklim Df (hujan bersalju, basah sepanjang tahun) dan Iklim Dw (hujan bersalju, musim kering dingin).
e.       Iklim E, yaitu iklim kutub (es). Terbagi atas : Iklim Et, yaitu iklim tundra (lumut), Iklim Ef, yaitu iklim es abadi, dan Iklim Eh, yaitu iklim daerah tinggi (lebih dari 300 m).
Iklim Koppen
3. Iklim Junghuhn
Iklim Junghuhn didasarkan pada ketinggian, tempat, dan vegetasi.
a.       Zona panas, yaitu 0-650 m. Jenis vegetasi : padi dan tebu.
b.      Zona sedang, yaitu 650-1.500 m. Jenis vegetasi : tembakau, kopi, dan cokelat.
c.       Zona sejuk, yaitu 1.500-2.500 m. Jenis vegetasi : kopi, the, kina, dan sayuran.
d.      Zona dingin, yaitu lebih dari 2.500 m. Jenis vegetasi : lumut.
Iklim Junghuhn
4. Iklim Schmidt-Ferguson
Iklim Schmidt-Ferguson adalah penentuan iklim berdasarkan rata-rata bulan basah dan bulan kering (curah hujan). Schmidt-Ferguson membagi iklim menjadi delapan tipe iklim.
Tipe Iklim
Kategori
Nilai Q
A
Sangat basah
0-14,3%
B
Basah
14,3-33,3%
C
Agak basah
33,3-60%
D
Sedang
60-100%
E
Agak kering
100-167%
F
Kering
167-300%
G
Sangat kering
300-700%
H
Luar biasa kering
>700%
Keterangan :
Nilai Q adalah rata-rata bulan kering dibagi rata-rata bulan basah dikalikan 100%.
Kriteria bulan basah-kering menurut Schmidt-Ferguson, yaitu sebagai berikut.
a.       Bulan Basah    : curah hujan > 100 mm
b.      Bulan Lembap : curah hujan antara 60 mm – 100 mm
c.       Bulan Kering   : curah hujan < 60 mm
Iklim Schmidt-Ferguson
5. Iklim Oldeman
Iklim Oldeman menggunakan curah hujan sebagai dasar dari klasifikasi iklim. Oldeman membagi iklim menjadi lima tipe iklim yang dikaitkan dengan sistem pertanian untuk daerah-daerah tertentu.
a.       Iklim A, jika bulan basah lebih dari 9 kali.
b.      Iklim B, jika bulan basah 7-9 kali.
c.       Iklim C, jika bulan basah 5-6 kali.
d.      Iklim D, jika bulan basah 3-4 kali.
e.       Iklim E, jika bulan basah kurang dari 3 kali.
Kriteria Bulan Oldeman.
a.       Bulan basah, bila curah hujan > 200 mm.
b.      Bulan lembap, bila curah hujan antara 100 mm – 200 mm.
c.       Bulan kering, bila curah hujan < 100 mm.
Iklim Oldeman





Daftar Pustaka :
Harmanto, Gatot. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Ilmu-ilmu Sosial. Yrama Widya : Bandung.

Comments

Iklan Ad

Popular posts from this blog

Menghitung Persediaan dengan Metode LCNRV (Lower-Cost-Net-Realizable-Value)

NILAI TERENDAH DARI BIAYA PEROLEHAN ATAU NILAI REALISASI NETO (LCNRV) Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan. Namun, jika persediaan turun nilainya sampai ke tingkat di bawah biaya aslinya, maka prinsip biaya historis menjadi tidak relevan. Apapun alasan untuk penurunan nilai tersebut, baik itu usang, perubahan tingkat harga, atau rusak, perusahaan harus menurunkan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto untuk melaporkan kerugian ini. Perusahaan meninggalkan prinsip biaya historis ketika utilitas masa depan (kemampuan menghasilkan pendapatan) dari aset turun di bawah biaya aslinya. Nilai Realisasi Neto Ingat bahwa biaya adalah harga perolehan persediaan yang dihitung dengan menggunakan salah satu metode berbasis biaya historis. Nilai realisasi neto ( net realizable value /NRV) mengacu pada jumlah neto yang diharapkan oleh perusahaan untuk direalisasi dari penjualan persediaan. Secara khusus, nilai realisasi neto adalah estimasi harga penjualan dalam kegiatan bisnis bi...

Soal Latihan Piutang Dagang (Account Receivable) dan Kunci Jawaban

1. Pada akhir tahun 2017, Goblin Company memiliki piutang sebesar $700.000 dan cadangan kerugian piutang sebesar $54.000. Pada 24 Januari 2018, perusahaan mengetahui bahwa piutang dari Sun Company tidak dapat ditagih, dan pihak manajemen mengizinkan penghapusan sebesar $6.200. a. Buatlah jurnal penyesuaian untuk mencatat penghapusan piutang b. Berapa cash realizable value dari piutang (1) sebelum penghapusan dan (2) setelah penghapusan? 2. Buku besar perusahaan Tsubasa pada akhir tahun 2019 menunjukkan saldo piutang usaha $150.000, pendapatan penjualan $850.000, dan retur penjualan $30.000. Intruksi (a) Jika perusahaan Tsubasa menggunakan metode penghapusan piutang langsung untuk akun piutang tidak tertagih, buatlah jurnal penyesuaian pada 31 Desember 2019, dengan asumsi pihak manajer menentukan saldo piutang tidak tertagih sebesar $1.500. (b) Jika cadangan piutang tak tertagih memiliki saldo kredit sebesar $2.400 dalam neraca saldo, buatlah jurnal penyesuaian pada tanggal...

Metode Penentuan Episentrum Gempa

Untuk menentukan lokasi sumber gempa atau episentrum secara akurat dapat digunakan dua cara, yaitu dengan menggunakan metode jarak episentral dan homoseista.   1) Metode Episentral   Episentral adalah jarak antara sumber gempa atau episentrum dan stasiun pengamat gempa. Untuk menentukan posisi sumber gempa dengan metode ini, diperlukan data waktu kejadian gempa minimal dari tiga stasiun pengamatan, sehingga kita dapat menghitung jarak episentral dari setiap stasiun dengan menggunakan Rumus aska , yaitu sebagai berikut.   Δ = {(S – P) – 1’} × 1.000 km  ( Δ ) = jarak episentral dari stasiun pengamat (kilometer)  S - P = selisih waktu pencatatan antara gelombang sekunder dan primer (menit)  1’ = satu menit  Contoh : Dalam satu kejadian gempa, tercatat waktu getaran gelombang primer dan sekunder dari tiga stasiun pengamat A, B dan C sebagai berikut ini. Stasiun A : gelombang P pertama pukul 19:17.15 WIB, gelombang S pertama pukul 19:19.30 WIB Stasiun B :...