A. Permasalahan Sosial dalam Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada, dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Skur suatu masalah dikatakan sebagai masalah sosial, ditentukan oleh nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Berbagai masalah sosial akan tetap ada, tumbuh, dan berkembang sesuai dengan dinamika komunitas itu sendiri.
Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Dengan kata lain, terdapat perbedaan antara harapan dengan kenyataan yang ditemukan dalam kehidupan. Sebagai contoh, mabuk-mabukan adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai yang berlaku secara umun. Pada kenyataannya, banyak pemuda melakukan mabuk-mabukan atau minuman keras. Hal ini berarti telah terjadi masalah sosial.
Keberadaan masalah sosial dapat diketahui secara cermat melalui beberapa proses. Pertama, dengan mendiagnosis masalah sosial, melalui sebuah pendekatan untuk membaca aspek masalah secara konseptual.
Eitzen membedakan adanya dua pendekatan, yaitu person blame approach dan system blame approach.
1. Person blame approach merupakan suatu pendekatan untuk memahami masalah sosial yang terjadi pada individu. Diagnosis masalahnya menempatkan individu sebagai unit analisisnya. Melalui pendekatan ini, sumber masalah sosial dilihat dari faktor-faktor yang melekat pada individu yang mempunyai masalah. Melalui diagnosis ini dapat ditemukan faktor penyebabnya yang mungkin berasal dari kondisi fisik, psikis, maupun proses sosialisasinya.
2. System blame approach merupakan suatu pendekatan untuk memahami sumber masalah yang terjadi pada sistem. Menurut pendekatan ini, sistem dan struktur sosial lebih mendominan dalam kehidupan bermasyarakat. Individu sebagai warga masyarakat tunduk dan dikontrol oleh sistem. Selaras dengan hal tersebut, masalah sosial terjadi karena sistem yang berlaku kurang mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi, termasuk penyesuaian antarkomponen dan unsur dalam sistem itu sendiri.
Dari kedua pendekatan tersebut, dapat diketahui bahwa sumber masalah dapat ditelusuri dari kesalahan individu dan kesalahan sistem. Dengan memandang masalah sosial dari dua pendekatan tersebut, dapat memberi gambaran yang utuh tentang akar masalah dari sebuah masalah sosial. Suatu permasalahan sebaiknya tidak hanya dilihat dari satu sisi saja karena dapat memberi gambaran yang keliru, tetapi juga harus dilihat dari sisi yang lain dimana semua sudut pandang disatukan untuk mengambil sebuah kesimpulan
B. Faktor-faktor Penyebab Masalah Sosial
Secara umum faktor penyebab dari masalah sosial dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu sebagai berikut.
1. Faktor Ekonomi
Masalah sosial yang disebabkan oleh faktor ekonomi adalah kemiskinan, pengangguran, dan lain-lain. Kemiskinan dan kebodohan masing-masing menjadi penyebab dan akibatnya. Orang yang miskin tidak mampu untuk mengeyam pendidikan yang tinggi, akibatnya keterampilan yang dimiliki juga sangat terbatas. Dengan keterampilan yang terbatas, dia hanya bisa bekerja pada sektor-sektor yang kasar dan tentu saja penghasilan yang didapat juga rendah. Dengan penghasilan yang rendah, maka dia akan menjadi miskin. Jika hal ini terjadi secara terus menerus maka akan terjadi kemiskinan secara struktural.
2. Faktor Budaya
Faktor budaya disebabkan perilaku negatif yang mengganggu kehidupan masyarakat. Contohnya, masalah perceraian berdampak bagi pelaku maupun bagi anak-anak serta orang-orang yang memiliki ikatan persaudaraan. Masalah lain dari faktor budaya adalah kenakalan remaja yang sampai saat ini masih sering terjadi. Kenakalan remaja kadang muncul sebagai dorongan dari rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru, pola pergaulan yang salah dan sebagai akibat dari disorganisasi keluarga.
3. Faktor Biologis
Masalah sosial yang disebabkan faktor biologis, misalnya mewabahnya penyakit menular. Penyakit menular dapat berpindah dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup yang lain. Selain penyakit menular, ada juga bentuk masalah sosial yang lain seperti keracunan makanan atau minuman. Kasus-kasus keracunan makanan sering muncul secara mendadak dalam kondisi tertentu sehingga menimbulkan kepanikan dan kegelisahan dalam diri masyarakat.
4. Faktor Psikologis
Masalah sosial yang disebabkan karena faktor psikologis misalnya adalah munculnya aliran sesat, depresi, trauma, fobia, dan kondisi-kondisi lain yang berkaitan dengan psikologis atau kejiwaan seseorang. Aliran sesat sebagai sebuah keyakinan bagi sebagian orang dapat menimbulkan masalah sehingga dapat memicu timbulnya konflik bahkan sampai pada perbuatan-perbuatan anarkis. Masalah sosial yang lain adalah adanya trauma yang dialami seseorang. Hal tersebut menyebabkan perilaku dan tindakannya menjadi tidak terkontrol. Pada tahap selanjutnya dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Hal ini tentu saja meresahkan masyarakat yang ada di sekitarnya.
C. Masalah Sosial yang Ada dalam Masyarakat.
1. Kemiskinan
a. Pengertian
Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan saat seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mentak maupun fisik dalam kelompok tersebut. Secara ekonomi, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Sumber daya dalam konteks ini tidak hanya menyangkut aspek finansial, melainkan semua jenis kekayaan(wealth) yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
John Friedman mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan dasar(esensial) individu sebagai manusia. Menurut Chambers, ada lima karakteristik kemiskinan yaitu
- Kemiskinan material
- Kelemahan fisik
- Keterkucilan dan keterpencilan
- Kerentanan
- Ketidakberdayaan
b. Jenis-jenis Kemiskinan
1) Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan dalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud.
2) Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan di bawah, ketika kebutuhan-kebutuhan dasar untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.
c. Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu sebagai berikut.
1) Kemiskinan natural atau alamiah
Kemiskinan natural terjadi akibat terbatasnya jumlah sumber daya dan/atau karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah.
2) Kemiskinan struktural
Kemiskinan struktural terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas umum secara merata. Akibatnya, sebagian anggota masyarakat tetap miskin walaupun sebenarnya jumlah total produksi yang dihasilkan oleh penguasa perekonomian bila dibagi rata dapat membebaskan semua anggota masyarakat dari kemiskinan.
2. Anak Jalanan
Istilah anak jalanan pertama kali diperkenalkan di Brazil bagi kelompok anak-anak yang hidup di jalanan. Kelompok ini dalam istilah kriminologi dikenal sebagai anak-anak dilinguent. UNICEF kemudian menggunakan istilah "hidup di jalanan" bagi mereka yang masih memiliki ikatan dengan keluarga. Di Amerika Serikat dikenal dengan istilah runaway children yang digunakan bagi anak-anak yang lari dari orang tuanya.
Fenomena anak jalanan ini bukanlah karena adanya transformasi sistem sosial ekonomi dan perubahan masyarakat pertanian ke masyarakat industri. Hal ini muncul bersama dengan adanya transformasi sosial ekonomi masyarakat industri menuju masyarakat kapitalis. Transformasi sosial ekonomi menyebabkan distorsi nilai, di antaranya nilai tentang anak. Mereka dipandang sebagai alat untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga. Dengan demikian, anak dimotivasi untuk bekerja dan menghasilkan uang.
Permasalahan anak jalanan berhubungan dengan masalah kemiskinan. Tapi, kemiskinan bukanlah satu-satunya faktor penyebab masalah anak jalanan.
3. Penyalahgunaan Narkoba dan Alkohol
Menurut Kurniawan, narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati, dan perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Narkotika adalah obat yang digunakan utnuk menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, dan meningkatkan rangsangan, seperti morfin, heroin, dan kokain. Zat-zat yang tergolong narkoba umumnya dipakai dalam dunia medis. Selain narkoba, istilah lain yang diperkenalkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif. Kedua istilah tersebut, mengacu pada sekelompok at yang umumnya mempunyau risiko kecanduan bagi penggunanya.
a. Jenis-jenis Narkoba
Narkoba dibagi menjadi tiga jenis yaitu, sebagai berikut.
1) Narkotika
Menurut Soerdjono Dirjosisworo, narkotika adalah zat yang menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dengan memasukkan ke dalam tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat, dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan.
Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu sebagai berikut.
a) Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contohnya, ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.
b) Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya, petidin, benzetidin, dan betametadol.
c) Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya, kodein.
2) Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku. Psikotropika digolongan menjadi 4 kelompok, yaitu sebagai berikut.
a) Psikotropika golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya. Contohnya, ekstasi
b) Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif yang kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya, amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.
c) Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya adiktif sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya, lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam.
d) Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untu pengobatan dan penelitian. Contohnya, nitrazepan (BK, mogadon, dumolid) dan diazepam.
3) Zat adiktif lainnya
Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah sebagai berikut.
a) Rokok
b) Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan
c) Hiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan.
b. Dampak Penggunaan Narkoba
1) Halusinogen
Narkoba yang dikonsumsi dalam dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi berhalusinasi seperti melihat suatu hal atau benda yang sebenarnya tidak ada atau tidak nyata, contohnya jika seseorang mengkonsumsi kokain. Pecandu kokain senantiasa hidup dalam khayalan atau mimpi yang tidak pernah terwujud.
2) Stimulan
Efek dari narkoba mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu dan cenderung membuat seseorang pengguna lebih senang dan gembira untuk sementara. Efek stimulan secara sederhana menyerupai dopping dimana pemakainya menjadi memiliki kekuatan yang berlipat-lipat dibandingkan dengan kondisi normal pada umumnya.
3) Depresan
Efek dari narkoba dapat menekan sistem saraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh sehinggan pemakai merasa tenang bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya, putaw.
4) Adiktif
Seseorang yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan merasa ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif. Secara tidak langsung narkoba memutuskan saraf-saraf dalam otak, contohnya ganja, heroin, dan putaw.
4. Kenakalan Remaja
a. Pengertian
Kenakalan remaja atau juvenile delinquency memiliki arti kejahatan yang dilakukan oleh anak remaja. Dengan demikian kenakalan remaja merupakan perbuatan melanggar hukum yang dapat dikenai sanksi pidana. Masa remaja dikenal dengan masa Strom dan Stres dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Masa remaja identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi yang membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif.
b. Sebab-sebab Kenakalan Remaja
Secara garis besar kenakalan remaja dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor Internal :
1) Krisis Identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. Remaja gagal menjalankan peran yang harus dilakukan. Hal ini dapat terjadi sebab pada masa remaja kondisi kejiwaan yang labil masih sangat menonjol.
2) Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang baik dan buruk akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor Eksternal
1) Keluarga dan Perceraian Orangtua
Keluarga merupakan lembaga yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Dalam keluarga, seorang anak pertama kali akan dikenalkan dengan nilai dan norma yang berlaku. Keluarga menjadi pusat komunikasi yang baik bagi seluruh anggotanya sehingga jika tidak ada komunikasi antar anggota keluarga atau perselisihan antar anggota anggota, bisa memicu perilaku negatif pada remaja.
Perceraian juga menyebabkan hilangnya kasih sayang orangtua secara sempurna terhadap anak-anaknya. Anak yang tumbuh dan berkembang tanpa kasih sayang yang sempurna memiliki kecenderungan untuk menyimpang dalam berperilaku.
2) Teman sebaya yang kurang baik
Dalam tata pergaulan remaja sering kali menemukan situasi yang tidak baik dari teman-teman sebayanya. Remaja sering berpikir hedonis sehingga dalam pandangan mereka yang enak atau menyenangkana adalah yang baik. Pola pergaulan dengan teman sebaya sangat besar pengaruhnya, sebab di tengah-tengah teman sebaya eksistensi seorang remaja mendapat pengakuan. Jika para remaja menemukan lingkungan pergaulan dengan perilaku yang salah maka hal ini akan mendorong mereka untuk berperilaku nakal.
3) Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik
Tempat tinggal atau lingkungan sangat berpengaruh terhadap kehidupan. Lingkungan yang kurang baik juga akan berpengaruh terhadap warganya. Lingkungan yang buruk menyebabkan remaja dapat terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang melanggar nilai dan norma yang berlaku. Lingkungan yang masyarakatnya bersikap acuh dan tidak peduli semakin berpeluang untuk memberi pengaruh yang negatif.
4) Kehidupan masyarakat modern
Kehidupan masyarakat yang modern dapat berdampak negatif. Hal ini sejalan dengan adanya tuntutan kehidupan, sementara remaja belum cukup atau belum dapat untuk memenuhinya. Untuk mencapai keinginannya, remaja melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar nilai-nilai dan norma-norma.
5) Pengaruh budaya asing
Seringkali remaja beranggapan bahwa semua yang berasal dari luar negeri itu baik. Mereka cenderung mengikuti tren dunia. Jika hal yang diadopsi itu positif, remaja akan menjadi baik atau maju. Pada banyak kasus seringkali hal-hal yang diambil itu yang negatif sehingga berdampak terhadap perilaku-perilaku yang tidak baik atau negatif. Hal- hal yang demikian harus disaring jika akan diterima.
c. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain
Dalam kategori ini misalnya adalah perkelahian, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi
Korban materi dapat muncul sebagai akibat dari perilaku remaja dalam bentuk perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban pada pihak orang lain
Bentuk kenakalan remaja dalam kategori ini, umumnya adalah pelanggaran terhadap nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Contohnya, penyalahgunaan obat.
4) Kenakalan yang melawan status
Bentuk kenakalan remaja dalam kategori ini misalnya membolos dari sekolah. Hal itu sebagai wujud perlawanan terhadap status sebagai pelajar.
5) Kenakalan remaja non kriminal
Kenakalan dalam bentuk ini terjadi pada remaja yang memiliki ketertarikan dengan kesenangan-kesenangan yang sifatnya menyendiri.
d. Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja
Usaha-usaha pencegahan kenakalan remaja dapat dilakukan dengan cara moralitas dan abolisionalistis. Cara moralitas menekankan pada upaya pembentukan dan pembinaan moral dan mental remaja, yang dapat dilakukan melalui penyuluhan kesadaran hukum bagi anak dan remaja, penanaman rasa tanggung jawab sosial, penanaman kesadaran beragama dan penyuluhan tentang sebab akibat kenakalan remaja. Cara abolisionalistis dalam pencegahan kenakalan remaja dilakukan dengan mengurangi sebab-sebab yang mendorong, anak remaja melakukan perbuatan. Selain itu, upaya pencegahan kenakalan remaja juga dapat dilakukan dengan cara berusaha mengerti pribadi dan anak dan minatnya serta memberikan cinta kasih yang simpatik.
Langkah-langkah lain yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengatasi terjadinya kenakalan remaa adalah sebagai berikut.
1) Mengedepankan keteladanan
2) Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang positif dan membawa kepada kebaikan untuk saat sekarang maupun untuk menyongsong masa depannya.
3) Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4) Remaja harus pandai memilih teman dan lingkungan yang baik, serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5) Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Daftar Pustaka :
- Triyono, Slamet. 2015. Sosiologi utnuk SMA-MA Kelas XI Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial(Cet.VII). Bandung : PT SEWU.
Comments
Post a Comment