Skip to main content

Peradaban Awal Masyakarat Indonesia

1. Ilmu Pengetahuan
 -Kehidupan Berburu dari Masyarakat Berpindah Tempat(Nomaden)
--> Ciri hidup peradaban awal masyarakat Indonesia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana(Paleolitikum) dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut(Mesolitikum) adalah berpindah-pindah(nomaden). Kepandaian mengumpulkan makanan atau memburu binatang bagi mereka dapat menentukan status sosial dalam kelompoknya.
 -Tradisi Bercocok Tanam
--> Sejak akhir masa Mesolitikum dan Neolitikum, kehidupan manusia Indonesia ditandai dengan tradisi bercocok tanam atau food producing. Menurut hasil penelitian arkeologi diperkirakan kemampuan berfikir serta proses evolusi berpengaruh terhadap timbulnya tradisi baru tersebut. Begitu juga dengan percampuran kelompok-kelompok suku lain menyebabkan terjadinya pertukaran pengalaman di antara mereka. Dari pertukaran pengalaman ini, lahirlah tradisi baru, yaitu tradisi untuk bertempat tinggal menetap, bercocok tanam, beternak, dan memelihara ikan.
 -Ilmu Astronomi
--> Masyarakat sudah mulai mengenal ilmu astronomi(perbintangan), yaitu ilmu yang digunakan sebagai petunjuk waktu yang tepat ketika akan memulai bercocok tanam atau panen. Dalam hal ini, petanda akan datangnya musim hujan, mereka memanfaatkan bintang. Masalah prakiraan cuaca atau iklim telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu dan kondisi ini terus berkembang. Zaman Kerajaan Mataram, mereka memperkenalkan Pranatawongso atau Pranatamangsa yang pada hakikatnya merupakan suatu cara prakiraan musim di Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Ilmu astronomi juga dimanfaatkan sebagai petunjuk arah pelayaran. Dalam hal ini, masyarakat pra-aksara memanfaatkan rasi bintang biduk selatan untuk menunjukkan arah selatan dan rasi bintang biduk utara untuk menunjukkan arah utara.

2. Teknologi
 -Teknik Peleburan Logam
--> Teknologi masyarakat awal mencapai titik kemajuannya ketika masa perundagian. Pada masyarakat awal Indonesia telah mengenal teknik peleburan logam, yaitu teknik A Cire Perdue dan teknik Bivalve.
 -Teknik Pembuatan Perahu Bercadik
--> Pembuatan perahu bercadik disesuaikan dengan keadaan alam Indonesia yang terdiri atas berbagai pulau yang dihubungkan dengan lautan sehingga dengan kondisi alam seperti ini mengharuskan orang menggunakan perahu untuk mencapai pulau lain. Selain sebagai sarana transportaso, perahu bercadik digunakan juga sebagai sarana perdagangan.
 -Bangunan monumental
--> Masyarakat juga telah mampu membuat bangunan monumental yang berukuran besar seperti punden berundak. Dinamakan punden berundak-undak karena bentuknya berupa tumpukan batuan bertingkat seperti anak tangga dengan bagian tertinggi sebagai bagian yang paling suci. Punden berundak-undak ini merupakan peninggalan zaman Megalitikum.

3. Kepercayaan
--> Sistem kepercayaan masyarakat awal Indonesia diperkirakan mulai tumbuh dan berkembang pada saat masa berburu dan mengumpulkan makanan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya bukti-bukti penguburan di gua-gua dan lukisan cap tangan.
Memasuki masa bercocok tanam, mereka mulai mempunyai konsep adanya alam kehidupan setelah kematian, dan mereka yakin bahwa roh tidak lenyap saat meninggal. Maka, penghormatan terhadap roh nenek moyang atau kepala suku terus berlanjut sampai mereka meninggal, bahkan menjadi pemujaan.
Diketahui ada 3 kepercayaan asli pada masa itu, yaitu sebagai berikut.
 - Dinamisme
 - Animisme
 - Tetonisme

4. Pemerintahan
Adanya pemerintahan diperkirakan setelah manusia memilih untuk hidup menetap di suatu tempat, hidup bersama dengan manusia lainnya dan membentuk suatu kelompok atau masyarakat. Kelompok masyarakat ini dipimpin oleh seorang kepala suku. Proses pemilihan kepala suku ini melalui musyawarah diantara sesama. Kepala suku harus memiliki kelebihan dalam fisik, spiritual, dan keahlian dibandingkan dengan yang lainnya. Seorang kepala suku haruslh orang yang berwibawa tanpa cela, kuat dalam fisik, cerdas dalam berfikir, dan rohaniwan dalam agamanya. Yang seperti inilah yang disebut dengan sistem primus interpares.

5. Pertanian
Awalnya masyarakat Indonesia masih menggunakan sistem pertanian ladang berpindah atau Berhuma. Sistem ini dilakukan dengan membuka hutan agar bisa ditanami. Jika lahan tidak produktif lagi, mereka akan berpindah lahan ke tempat lain. Sistem ini bisa dilaksanakan bila jumlah penduduk sedikit dan hutan sebagai lahan pertanian sudah tidak efektif lagi. Namun, seiring dengan jalannya waktu, jumlah penduduk pun bertambah, membuat sistem ini tidak efektif. Setelah berfikir cara mengatasi masalah ini, akhirnya mereka mencoba pertanian menetap dan mempertahankan kesuburan tanah dengan pemupukan.

6. Sosial
 -Konsep Keluarga
--> Pada kehidupan awal peradaban di Indonesia belum ada konsep perkawinan. Pemimpin kelompok memiliki hak untuk mengawini banyak perempuan anggota kelompoknya. Ketika anak lahir, perempuan yang melahirkan berperan untuk menjaga bayinya berdasarkan naluri kewanitaannya. Perempuan akan membesarkan dan menjaga anaknya karena dialah yang melahirkannya. Ketika jumlah anggota kelompok semakin banyak, kepala kelompok harus melindungi semua anggota kelompoknya. Dengan demikian konsep keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak. keluarga inti terbentuk melalui proses evolusi sejalan dengan perkembangan budaya.
 -Organisasi Sosial
\--> Secara umum, ketua kelompok tidak sekedar primus interpares atau orang terkuat diantara kelompoknya dan memiliki kedudukan istimewa. Ketua kelompok juga bekerja bersama secara komunal(bersama-sama) dengan anggota kelompok lainnya. Kegiatan bersama ini disebut tradisi gotong royong. Anak laki-laki berperan membantu orang dewasa di ladang, dan berburu binatang untuk dipelihara. Adapun perempuan dewasa memasak makanan dan memelihara anak selain bekerja di ladang. Untuk melindungi anak-anaknya, perempuan mulai membangun tempat berlindung yang  kemudian berkembang menjadi tempat tinggal menetap.

Comments

Iklan Ad

Popular posts from this blog

Menghitung Persediaan dengan Metode LCNRV (Lower-Cost-Net-Realizable-Value)

NILAI TERENDAH DARI BIAYA PEROLEHAN ATAU NILAI REALISASI NETO (LCNRV) Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan. Namun, jika persediaan turun nilainya sampai ke tingkat di bawah biaya aslinya, maka prinsip biaya historis menjadi tidak relevan. Apapun alasan untuk penurunan nilai tersebut, baik itu usang, perubahan tingkat harga, atau rusak, perusahaan harus menurunkan nilai persediaan menjadi nilai realisasi neto untuk melaporkan kerugian ini. Perusahaan meninggalkan prinsip biaya historis ketika utilitas masa depan (kemampuan menghasilkan pendapatan) dari aset turun di bawah biaya aslinya. Nilai Realisasi Neto Ingat bahwa biaya adalah harga perolehan persediaan yang dihitung dengan menggunakan salah satu metode berbasis biaya historis. Nilai realisasi neto ( net realizable value /NRV) mengacu pada jumlah neto yang diharapkan oleh perusahaan untuk direalisasi dari penjualan persediaan. Secara khusus, nilai realisasi neto adalah estimasi harga penjualan dalam kegiatan bisnis bi...

Urbanisasi Sebagai Dampak Globalisasi Terhadap Perubahan Sosial di Komunitas Lokal

A.  LATAR BELAKANG Globalisasi didefinisikan sebagai suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia bisa menjangkau satu dengan yang lain atau saling terhubungkan dalam semua aspek kehidupan mereka, baik dalam budaya, ekonomi, politik, teknologi, maupun lingkungan.  Masyarakat dapat menjangkau satu dengan yang lain dalam segala aspek kehidupan didukung oleh kemajuan IPTEK dan keterbukaan sistem perekonomian negara yang mempercepat akselerasi globalisasi. Keterbukaan sistem perekonomian negara dipicu oleh adanya liberalisasi perdagangan dunia. Hal ini mengakibatkan masyarakat di berbagai dunia dapat menikmati hasil produksi dari negara lain, seperti makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya. Selain itu, keterbukaan sistem perekonomian ini juga meningkatkan aktivitas perekonomian dunia yang dikuasai oleh perusahaan multinasional. Sebagai akibatnya, masyarakat dunia merasakan dampak dari adanya globalisasi pada aspek ekonomi tersebut, baik dari segi produksi, pembiayaan, te...

Soal Latihan Piutang Dagang (Account Receivable) dan Kunci Jawaban

1. Pada akhir tahun 2017, Goblin Company memiliki piutang sebesar $700.000 dan cadangan kerugian piutang sebesar $54.000. Pada 24 Januari 2018, perusahaan mengetahui bahwa piutang dari Sun Company tidak dapat ditagih, dan pihak manajemen mengizinkan penghapusan sebesar $6.200. a. Buatlah jurnal penyesuaian untuk mencatat penghapusan piutang b. Berapa cash realizable value dari piutang (1) sebelum penghapusan dan (2) setelah penghapusan? 2. Buku besar perusahaan Tsubasa pada akhir tahun 2019 menunjukkan saldo piutang usaha $150.000, pendapatan penjualan $850.000, dan retur penjualan $30.000. Intruksi (a) Jika perusahaan Tsubasa menggunakan metode penghapusan piutang langsung untuk akun piutang tidak tertagih, buatlah jurnal penyesuaian pada 31 Desember 2019, dengan asumsi pihak manajer menentukan saldo piutang tidak tertagih sebesar $1.500. (b) Jika cadangan piutang tak tertagih memiliki saldo kredit sebesar $2.400 dalam neraca saldo, buatlah jurnal penyesuaian pada tanggal...