Kesultanan Demak
Kesultanan Demak berdiri pada abad ke-15(1475-1548). Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit.
Puncak Kejayaan
--> Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mengalami masa kejayaannya, Islam berkembang lebih luas lagi. Sultan Trenggono mengirim Fatahillah ke Banten. Dalam perjalanannya, bertemu dengan Syarif Hidayatullah. Bersama dengan pasukan Cirebon, Fatahillah berhasil menaklukkan Banten dan Pajajaran.
Kehidupan Politik
--> Kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan besar, di bawah pimpinan Raden Patah(1481-1518). Negeri-negeri di pantai utara Jawa yang sudah menganut Islam mengakui kedaulatan Demak. Bahkan, kekuasaan Demak meluas ke Sukadana(Kalimantan Selatan), Palembang, dan Jambi. Pada tahun 1512 dan tahun 1513, di bawah pimpinan putranya yang bernama Adipati Unus. Demak dengan kekuatan 90 buah jung dan 12.000 tentara berusaha membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis dan menguasai perdagangan di Selat Malaka. Setelah Raden Patah wafat tahun 1518 M, Kesultanan Demak dipimpin oleh Adipati Unus(1518-1521). Demak dibawah pimpinan Adipati Unus adalah Demak yang berwawasan Nusantara. Visi besarnya adalah menjadikan Kesultanan Demak menjadi Kerajaan Maritim yang besar. Adipati Unus menjadi Sultan Demak selama tiga tahun. Kemudian ia digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Trenggono.
Kehidupan Ekonomi
-->Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraris. Perdagangan antara Demak dengan pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara cukup ramai. Demak berfungsi sebagai pelabuhan transit(penghubung) daerah penghasil rempah-rempah dan memiliki sumber penghasilan pertanian yang cukup besar. Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting karena memiliki daerah yang cukup luas.
Kehidupan Sosial-Budaya
--> Kehidupan sosial masyarakat Kesultanan Demak telah berjalan teratur. Pemerintah diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja. Hasil kebudayaan Kesultanan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam.
Peninggalan-Peninggalan
1. Masjid Agung Demak
2. Pintu Bledek
3. Soko Tatal dan Soko Guru
4. Bedug dan Kentongan
5. Maksurah
6. Dampar Kencana
7. Piring Campa
Keruntuhan Kesultanan Demak
Suksesi Raja Demak 3 tidak berlangsung mulus, terjadi Persaingan
panas antara P. Surowiyoto (Pangeran Sekar) dan Trenggana yang berlanjut
dengan di bunuhnya P. Surowiyoto oleh Sunan Prawoto (anak Trenggono),
peristiwa ini terjadi di tepi sungai saat Surowiyoto pulang dari Masjid
sehabis sholat Jum'at. Sejak peristiwa itu Surowiyoto (Sekar) dikenal
dengan sebutan Sekar Sedo Lepen yang artinya Sekar gugur di Sungai. Pada
tahun 1546 Trenggono wafat dan tampuk kekuasaan dipegang oleh Sunan
Prawoto, anak Trenggono, sebagai Raja Demak ke 4, akan tetapi pada tahun
1549 Sunan Prawoto dan isterinya dibunuh oleh pengikut P. Arya
Penangsang, putera Pangeran Surowiyoto (Sekar). P. Arya Penangsang
kemudian menjadi penguasa tahta Demak sebagai Raja Demak ke 5. Pengikut
Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri, Adipati Jepara, hal ini
menyebabkan adipati-adipati di bawah Demak memusuhi P. Arya Penangsang,
salah satunya adalah Adipati Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo).
Pada tahun 1554 terjadilah Pemberontakan dilakukan oleh Adipati
Pajang Joko Tingkir (Hadiwijoyo) untuk merebut kekuasaan dari Arya
Penangsang. Dalam Peristiwa ini Arya Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya,
anak angkat Joko Tingkir. Dengan terbunuhnya Arya Penangsang sebagai
Raja Demak ke 5, maka berakhirlah era Kerajaan Demak. Joko Tingkir
(Hadiwijoyo) memindahkan Pusat Pemerintahan ke Pajang dan mendirikan
Kerajaan Pajang.
Comments
Post a Comment